Hari ini, 4 September merupakan hari yang sangat bersejarah bagi umat muslim seluruh dunia, terutama bagi para muslimah. Karena pada tanggal 4 september tiap tahunnya, diperingati sebagai HARI SOLIDARITAS HIJAB INTERNASIONAL. Penetapan hari ini sebagai hari solidaritas hijab internasional guna mengenang seorang wanita bernama Marwa Al-Sharbini, seorang muslimah asal Mesir yang dibunuh oleh
seorang pemuda Jerman keturunan Rusia di ruang sidang kota Dresden,
Jerman.
Marwa al-Sharbini, via superblacksampler.wordpress.com |
Marwa Al-Sharbini adalah seorang martir bagi
perjuangan muslimah yang mempertahankan jilbabnya. Ia menjadi korban
Islamofobia, yang masih dialami banyak Muslim di Eropa. Kematian Marwa
layak untuk diperingati dan dijadikan sebagai Hari Hijab Sedunia.
Sejarah penetapan hari ini bermula dibulan Juli tahun 2004, dimana tokoh-tokoh Muslim di seluruh Eropa berkumpul di kota London, Inggris. Mereka menggelar konferensi mendukung jilbab, sebagai reaksi atas keputusan pemerintah Prancis yang menyatakan melarang jilbab di institusi-institusi pendidikan dan institusi publik.
Konferensi dibuka oleh walikota London, Ken Livingstone dan dihadiri oleh 300 delegasi, mewakili 102 organisasi-organisasi Inggris dan internasional. Hadir pula dalam konferensi itu tokoh cendekiawan Muslim Sheikh Yusuf Al-Qaradawi dan Profesor Tariq Ramadan.
Dari hasil konferensi itu terbentuklah Assembly for the Protection of Hijab (Majelis untuk Perlindungan Jilbab) dan seluruh peserta mendeklarasikan tanggal 4 September sebagai International Hijab Solidarity Day (Hari Solidaritas Jilbab Internasional). Dalam konferensi itu, para peserta merancang berbagai rencana aksi untuk membela hak kaum perempuan Muslim untuk mempertahankan busana muslim mereka.
“Kampanye ini bukan hanya untuk wanita Muslim semata. Aksi ini ditujukan bagi siapa saja yang percaya bahwa merupakan hak seorang wanita Muslim untuk bisa mengenakan jilbabnya tanpa perlakuan diskriminatif dari masyarakat maupun pemerintahnya,”
Abeer Pharaon - Koordinator Pro-Hijab,
“Jika kami membiarkan serangan terhadap Islam terjadi, saya tahu siapa yang akan menjadi sasaran tembak dan korban berikutnya,”
Livingstone - Walikota London
Sejak itulah, setiap tanggal 4 September, organisasi-organisasi dan
umat Islam, terutama muslimah yang tinggal di negara-negara non-Muslim
menggelar Hari Solidaritas Jilbab Internasional. Meski gaungnya tidak
terlalu menggema sampai ke negeri-negeri Muslim lainnya, termasuk
Indonesia.
we are not terrorist!, via www.lintas.me |
Padahal setelah kasus Marwa Al-Sharbini, kasus-kasus larangan jilbab
masih terjadi di mana-mana. Beberapa negara bagian di Jerman sudah
memberlakukan larang jilbab bagi para siswa sekolah, Mahkamah Agung di
negara bagian Michigan AS, baru-baru ini mengabulkan permohonan
pengadilan-pengadilan dibawahnya yang melarang muslimah berjilbab masuk
ke ruang sidang, belum lama ini, seorang muslimah Selandia baru
menggugat seorang hakim di Negeri Kiwi itu yang melarangnya masuk ke
ruang sidang hanya karena ia berjilbab, bahkan di negara Turki yang
pernah menjadi pusat kekhalifahan Islam, jilbab juga dilarang di
institusi-institusi pendidikan terutama di universitas.
Tak ada alasan yang masuk akal atas semua larangan jilbab, kecuali karena fobia terhadap Islam dan arogansi budaya. Tapi dalam Islam, jilbab bukan semata-mata simbol agama tapi perintah yang diturunkan Allah Swt terhadap para muslimah untuk memuliakan kaum perempuan.
Tak ada alasan yang masuk akal atas semua larangan jilbab, kecuali karena fobia terhadap Islam dan arogansi budaya. Tapi dalam Islam, jilbab bukan semata-mata simbol agama tapi perintah yang diturunkan Allah Swt terhadap para muslimah untuk memuliakan kaum perempuan.
Sumber :
http://www.eramuslim.com
http://bppiuns.blogspot.com
http://newsjid.com/sepenggal-sejarah-hari-jilbab-sedunia/
No comments:
Post a Comment