Monday, April 10, 2023

Pertama ke Subi: Tur Singkat, Pra Ekspedisi

Subi, satu dari banyaknya kecamatan di kabupaten Natuna ini yang menjadi target untuk saya datangi. Letaknya berada di sebelah tenggara pulau Bunguran, pulau dimana aku berada. Jika melihat peta, Subi merupakan pulau kedua terbesar di wilayah Natuna setelah pulau Pulau Bunguran. Dan menurut jadwal kapal yang aku tumpangi, perjalanan dari pulau Bunguran ke Subi kurang lebih memakan waktu 5 jam. Waktu tempuh ini bisa berubah-ubah tergantung pada pelabuhan tempat berangkat, cuaca, dan jenis kapal yang digunakan. 

Perjalanan perdanaku ke pulau Subi ini dengan menaiki Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Bahtera Nusantara 01. Kapal roro milik PT. ASDP yang baru sekitar 2 tahun beroperasi menyambung pulau-pulau di Natuna ini berangkat dari Pelabuhan Tanjung Payung di Penagi pukul 7.30. Melewati laut di sisi Bunguran Selatan hingga gugusan pulau Tiga, kapal roro ini melaju membelah lautan hingga sampai di pelabuhan Subi pada pukul 12.30.

Roro "ngetem" di Penagi

Dermaga Subi memanjang sekitar 2 km dari bibir pantai, ini disebabkan pulau Subi dikelilingi karang dan laut dangkal sehingga tidak memungkinkan kapal-kapal besar untuk mendekat. Setelah turun dari kapal, saya langsung menuju penginapan, diantar oleh Memet, adik teman sekolahku yang kebetulan bertugas di pulau ini.

Kecamatan Subi terdiri dari banyak pulau, khas daerah kepulauan. Pulau-pulau besar di Kecamatan Subi adalah Pulau Subi Besar dan Pulau Subi Kecil yang dipisahkan oleh Selat Nasi. Kecamatan Subi memiliki 6 Desa, 2 Desa di Pulau Subi Besar, dan 4 Desa di Pulau Subi Kecil. Pusat pemerintahan dan keramaian berada di Pulau Subi Kecil, sebuah pulau yang merupakan satu dari tujuh pulau terluar NKRI yang dimiliki Natuna.

Pulau Subi

Pulau Subi ini tidak memiliki gunung, kontur buminya cenderung datar. Itu sebabnya selama perjalanan di kapal tadi agak sulit untuk menemukan pulau ini dari kejauhan karena tidak ada daratan yang "menonjol" di tengah laut yang bisa dilihat. Titik tertinggi Kecamatan Subi ini kemungkinan setinggi sekitar 10 mdpl dan berada di sebelah utara pulau Subi Kecil. Di tempat tersebut berdiri kokoh mercu suar, yang oleh warga sekitar disebut dengan gunung lampu.

Meski baru pertama menginjakkan kaki di pulau ini, namun pencarian informasi tentang Subi sudah lama ku lakukan, baik itu lewat buku, cerita-cerita teman sampai dari internet. Jadi kedatangan ke sini (selain melaksanakan dinas kantor), adalah langsung menuju ke lokasi-lokasi hasil "riset" singkatku dulu, ditambah informasi on the spot yang ku dapatkan.

Setelah menyelesaikan tugas wajib pekerjaan, aku mulai mengeksplorasi Subi. Fokusnya adalah seputar kebudayaan dan sejarah, sesuai dengan kompasbenua, komunitas yang kami dirikan dulu. Aku ditemani Dirga, pemuda Subi teman diskusi malam sebelumnya, dan juga Memet.

Tujuan pertama kami adalah Keramat Siti Balkis. Keramat Siti Balkis terletak di Pulau Subi Besar, sebelum Pos AL. Komplek keramat Siti Balkis terdiri dari beberapa kuburan dengan nisan besar dan kuburan-kuburan tua lainnya dengan nisan kecil. Nisan-nisan besar ini terbuat dari bebatuan karang, antaranya terdapat tulisan di nisan dengan tulisan arab. Namun sudah sulit untuk membacanya, hanya beberapa saja yang masih terlihat dan bisa dibaca. Nisan-nisan kecil pada kuburan yang lain terbuat dari batu granit, berbagai ukuran. Nisan batu granit serupa banyak ditemukan di wilayah Natuna yang lain, seperti di Bunguran Besar dan pulau Midai. Beberapa sumber mengatakan bahwa nisan granit ini dibuat di Temasik (Singapura saat ini), namun perlu data akurat yang lebih untuk kebenaran hal ini, sebab belum saya temukan batuan granit di Pulau Subi ini. Kalaupun ada, tidak pula ditemukan lokasi percetakan batu nisan tersebut di pulau ini.

Situs Keramat Siti Balkis

Selanjutnya kami menuju situs kuburan tua yang lain, masih di Pulau Subi Besar, tak jauh dari pelabuhan. Nisan granit ini yang mencuri pandanganku ketika tiba di Subi kemarin siang. Ada beberapa nisan granit di kuburan ini, di dekatnya ada semacam pondasi bangunan yang sudah roboh. Hal serupa juga pernah kami temukan di Sekalong, Kecamatan Bunguran Timur Laut tahun lalu. Tak jauh dari kuburan tua tersebut, juga terdapat komplek pemakaman yang lain. Hanya saja, banyak nisan yang hancur, disebabkan makam-makam ini berada di bawah pohon kelapa, sehingga buah dan lighang (daun kelapa) yang jatuh mengenai makam dan merusaknya.

Situs Makam di Dekat Pelabuhan

Perjalanan kami berlanjut ke Pulau Subi Kecil, menuju ke lokasi perigi butul, sebuah mata air di daerah Aek Genak, Pulau Subi Kecil. Mata air ini digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai kebutuhan sehari-sehari, mulai dari mencuci, mandi, dan air minum. Tak jauh dari perigi butol, di daerah Asek Singkap juga terdapat pemakaman tua, terlihat dari nisannya yang juga terdiri dari batuan karang dan batuan granit.

Selanjutnya kami menuju pemakaman tua yang lain, yang oleh orang sekitar disebut dengan kuburan Tok Kunde. Pemakaman ini sama seperti keramat Siti Balkis di Pulau Subi Besar, yakni terdiri dari beberapa kuburan besar dengan nisan batuan karang, dan kuburan lainnya dengan nisan yang lebih kecil dari batuan granit. Tak jauh dari kuburan tua ini, berjarak sekitar 100 meter, juga terdapat "komplek" pemakaman yang lain dengan model yang sama, masyarakat setempat menyebutnya kuburan Tok Uso. Di sini terdapat makam dengan nisan yang besar dan dikelilingi oleh makam-makam dengan nisan kecil di sekitarnya. Pada beberapa nisan besar masih terdapat tulisan yang lagi-lagi sudah agak susah dibaca.

Situs Tok Kunde dan Tok Uso

Perjalanan kami berlanjut, kali ini mengarah ke utara, menuju Keramat Darah Putih. Sebuah kuburan tua yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai kuburan seorang syaikh penyebar agama Islam di Pulau Subi. Keramat Darah Putih dijadikan lokasi wisata religi yang kerap didatangi baik oleh masyarakat Subi maupun yang datang dari luar. Di samping Keramat Darah Merah terdapat beberapa makam tua bernisan besar seperti pada tempat yang lainnya, makam ini sudah tertutup semak belukar. Tak jauh dari Keramat Darah Putih juga terdapat kuburan-kuburan tua lain bernisankan batuan karang dan batuan granit, lagi-lagi tulisan arab pada beberapa nisan ini tak dapat saya baca.

Keramat Darah Putih dan makam2 tua di sekitarnya

Di Subi juga masih banyak terdapat rumah-rumah dengan arsitektur tua. Sebagian besar ada yang sudah roboh sebagian, dan yang lain masih ditempati oleh si pemilik rumah. Rumah arsitektur melayu ini banyak ditemukan di Pulau Subi Kecil. Selain itu kami juga menyempatkan diri untuk bertanya ke beberapa narasumber terkait sejarah dan budaya Pulau Subi, beberapa sudah terekam, sisanya seperti mengisayaratkan seperti "au mang pelu gi Subi agik".

Bersama guide (bawah), dan narasumber (atas)

Selain "kaya" akan makam-makam tua, Subi juga memiliki peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah tersebut beruba lapangan terbang yang hampir dioperasikan pada masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945 lalu. Kini di area tersebut sudah tertutup tumbuh-tumbuhan dan dipasang plang milik TNI AU yang juga sudah roboh.

Tur setengah hari di Subi kali ini begitu mengesankan, Subi luar bisa. Hal ini menyisakan beberapa pertanyaan, seperti bagaimana Subi pada masa lampau, siapa "penghuni" makam-makam tua di Subi, siapa Keramat Darah Putih, siapa Siti Balkis, apa lagi peninggalan Jepang selain bandara yang ditinggalkan, dan masih banyak lagi. Untuk itu, kiranya memang perlu diadakan ekspedisi budaya dan sejarah dan penelitian lebih lanjut untuk menjawab ini semua: Ekspedisi Budaya Subi.




Thursday, March 2, 2023

Mengunjungi Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, Dari Sejarah Hingga Karya Fenomenal

Menjadi kebiasaan yang kubuat sendiri, bilamana ke suatu tempat minimal harus mengunjungi tempat bersejarahnya. Baik itu situs, ataupun museum. Nah kali ini, "targetnya" adalah museum di Kota Tanjungpinang: Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah.

Ruang Depan Museum

Meski sering wara-wiri di Tanjungpinang, museum ini sering kali terlewatkan, ada saja kendalanya. Padahal letaknya yang berada di pusat kota seharusnya tiada alasan untuk tidak ke sini. Dulu pernah sudah sampai masuk gerbang, tapi museumnya tutup, lalu ketika museumnya buka, kitanya yang gak mood. Ya gitu deh ya.

Kemarin, dengan tekad kuat yang sudah terkumpul, akhirnya sampai juga ke museum kebanggan kota ini. Kali ini diriku tak sendiri, ada junior dan mamake yang nemenin. So, song ite explore!

Museum ini terletak di jalan Ketapang no 2 Kemboja, di dekat area pasar lama, pusat keramaian di Tanjungpinang. Lokasinya juga berdekatan dengan GOR Kaca Puri, Masjid Agung Al-Hikmah, pelabuhan penyeberangan dan kawasan wisata kota taman tepi laut.

Nama museum ini diambil dari nama Sultan yang pernah memerintah Kerajaan Riau Johor Pahang Lingga yakni Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Ia memerintah pada tahun 1722 - 1760 yang pusat kerajaannya terletak di Sungai Carang (wilayah Kota Tanjungpinang saat ini). 

Gedung dari museum ini merupakan bekas sekolah dasar masa penjajahan yang bernama Hollan Indische School (HIS) pada tahun 1918. Ia berganti nama menjadi Futsuko Gakko kala Jepang menginvasi Nusantara pada 1942-1945, lalu berganti menjadi sekolah rakjat dan menjadi SD 01 hingga tahun 2004. Atas dasar nilai sejarah yang dimilikinya, gedung ini direkomendasikan menjadi museum oleh pemerintah kala itu.

Museum ini diresmikan pada tahun 2009 oleh walikota Tanjungpinang saat itu. Dalam perjalanannya, museum ini mengalami berbagai perubahan untuk mengikuti perkembangan zaman, namun tidak menghilang nilai aslinya.

Pada bagian luar museum terdapat meriam dan miniatur gedung. Kami berfoto sejenak di liuar, sebab di ruang depan sedang ada kunjungan dari siswa-siswi sekolah. Setelah mengisi buku tamu, kami masuk ke ruangan museum. 

Ruang utama berisi beragam peninggalan sejarah, mulai dari uang logam hingga perkakas kerajaan. Pada dinding-dinding museum tersaji informasi mengenai sejarah masuknya islam di Riau juga peninggalan zaman kolonial seperti senjata dan helm perang. Terus berjalan hingga ke belakang tersaji foto-foto sejarah masa lalu dimana kunjungan kepala negara hingga foto pemimpin-pemimpin di Kota Tanjungpinang.

Koleksi teknologi tempo dulu juga menghiasi isi museum di gedung utama ini. Di bagian akhir, kita akan disusguhkan dengan manuskrip-manuskrip tua serta karya sastra fenomenal Gurindam 12 karya Raja Ali Haji yang sangat mendunia itu. 

Di sini langkahku terhenti, mencoba membaca dalam-dalam beberapa bait syair dari sang maestro ini. Decak kagum dan rasa bangga memenuhi dada, membaca syair yang sarat makna juga pesan moral yang begitu universal. Orang-orang zaman dahulu sudah sebegini luar biasanya dalam bersastra. Masya Allah. Semoga Allah merahmati Raja Ali Haji yang juga sudah dinobatkan sebagai pahlawan nasional di republik ini.

Dari gedung utama saya berjalan menuju gedung sebelah yang berisi studio. Pada saat itu saya memilih untuk tidak masuk, selain karena si junior yang sudah menunjukkan gelagat tidak betahnya, ada pengunjung lain dari sekolah yang sudah memenuhi ruangan. Asyik juga belajar dengan turun langsung ke lapangan seperti ini.

Saya bergegas menuju ruang terakhir, di ruang ini, informasi tentang kebudayaan dipamerkan. Mulai dari tenun, potret kehidupan maritim, perkakas kehidupan sehari-hari, seni tradisi, permainan tradisional, hingga gambaran pakaian dan gambaran majelis pernikahan adat melayu. Semuanya tersaji di museum kebanggaan Kota Tanjungpinang ini. Setelah kiranya sudah mengeksplor seluruh ruangan (kecuali studio), rasa penasaran saya terbayarkan, dan saya bisa kembali pulang ke Ranai dengan tenang.






Sumber :
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/jejak-sejarah-sultan-sulaiman-badrul-alamsyah-i-1722-1760/
https://gokepri.com/berwisata-sejarah-di-museum-sultan-sulaiman-badrul-alamsyah/

Sunday, February 12, 2023

Kenalan Dengan "Saudara-saudara" Tenis Lapangan

Tenis Lapangan atau yang familier disebut dengan tenis merupakan salah satu olahraga populer di dunia dengan jutaan pemain dan penggemar. Olahraga dari Prancis yang awalnya dimainkan dengan tangan ini menjadi cepat berkembang dan berinovasi sejak awal dikenalkan dan menjadi terkenal sampai seperti saat ini.
Secara garis besar, tenis adalah olahraga yang menggunakan raket dan bola sebagai medianya, lalu dimainkan di atas lapangan dengan ukuran tertentu dan dipasangkan net di tengah-tengah sebagai indikator untuk skor atau poin dalam menghitung permainan. Seiring berkembangnya waktu dan dengan berbagai inovasi, olahraga yang menggunakan raket, tempat, dan net tak hanya "milik" tenis saja, ada beberapa olahraga lain yang hampir serupa dengan tenis. Berikut ini kita bahas satu persatu saudara-saudara tenis ini, yap!


1. Tenis Meja (Table Tennis)
Tenis Meja atau biasa yang disebut pingpong merupakan salah satu olahraga populer di Indonesia. Sesuai dengan namanya, tenis meja dimainkan di atas meja berukuran panjang 274 cm, lebar meja yaitu sebesar 152,5 cm, tinggi meja dari lantai yaitu 76 cm, dan tebal garis sisi yaitu sebesar 2 cm.
Tenis meja bisa dimainkan secara tunggal maupun ganda. Permainan ini menggunakan raket yang biasa disebut dengan bet, dan bola kecil. Di Indonesia tenis meja berada di bawah organisasi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI). Jika mau kepo kegiatannya yang lain bisa kunjungi instagram ni di pp_ptmsi.

2. Soft Tennis (Tenis Lembut)
Soft Tennis merupakan olahraga yang dikembangkan dari tenis lapangan. Dan juga gimainkan diatas lapangan yang sama. Perbedaannya hanya pada raket, bola dan perhitungan.

Raket yang digunakan merupakan raket yang didesain khusus, meski secara kasat mata sama seperti raket tenis tenis lapangan. Bola yang digunakan juga berbeda dengan bola tenis lapangan, bola dalam permainan soft tennis cenderung lembut (soft) dan bisa dipompa. Begitupun dengan perhitungan, jika dalam permainan tenis dihitung dengan 15, 30, 40 dan game, dalam soft tennis perhitungannya adalah 1, 2, 3 dan game.
Soft Tennis, sumber
Di Indonesia, sejauh ini belum kami temui organisasi yang membidangi Tenis Lembut (Soft Tennis) secara khusus, bisa jadi karena bermain pada lapangan yang sama, Tenis Sentuh ini masih berinduk pada organisasi Tenis yaitu PELTI dan instagramnya di tennis indonesia.

3. Touch Tennis (Tenis Sentuh)
Jika sepak bola punya futsal, maka tenis lapangan punya tenis sentuh atau touch tennis. Tenis Sentuh adalah tenis lapangan dengan versi yang kecil. Ukuran lapangan tenis sentuh adalah 12 m x 5 m untuk permainan tunggal, dan 12m x 6m untuk permainan ganda. Raket dan bola yang digunakan juga sedikit berbeda dari permainan tenis lapangan.

Tenis sentuh diciptakan oleh Rashid Ahmad pada 2002/2003 yang semula untuk menghibur putrinya di halaman rumah. Lalu akhirnya olahraga ini berkembang pesat dan dimainkan di banyak negara hingga saat ini.
Touch Tennis, sumber
Peraturan tenis sentuh juga tak jauh beda dengan tenis lapangan. Perhitungan skor 0, 15, 30, 40, game. Jika skor sama 40-40 maka diberlakukan golden point, yaitu yang mendapat poin pertama kali setelah 40-40 adalah pemenangnya. Tenis sentuh dimainkan dalam 4 game, dimana bila skor 4-4 akan dilakukan tie break.

Sama seperti tenis lembut, tenis sentuh masih bernaung di bawah organisasi Tenis yaitu PELTI dan instagramnya di tennis indonesia.

4. Skuas / Tenis Dinding
Olahraga skuas (squash) ini menurut saya merupakan olahraga unik. Tak seperti kebanyakan olahraga lain, dimana pemain akan berhadapan dengan lawannya. Namun pada skuas, pemain akan "berdampingan" dengan lawannya.

Secara umum, tenis dan skuas memiliki kesamaan yakni sama-sama dimainkan dengan menggunakan raket dan bola. Hanya saja skuas secara umum dimainkan pada lapangan berukuran kecil (9,75 m x 6,4 m) sehingga lapangan skuas biasa ditemui di pusat kebugaran dan nebeng di stadion-stadion bola.
Squash, sumber
Pemain saling berbalas memukulkan bola skuas ke sebuah sisi ruangan yang menghadap pada kedua pemain (kegiatan ini disebut rally). Hal ini terus berlangsung hingga salah seorang pemain gagal mengembalikan bola hasil pukulan lawan atau melakukan kesalahan (misalnya memukul bola hingga 'out' atau memukul bola setelah memantul lebih dari dua kali). Perhitungan pada skuas memiliki 2 sistem, yaitu Sistem tradisional dan sistem Amerika. Namun pada perhitungan internasional yang digunakan adalah sistem tradisional dimana hanya pemain yang melakukan servis (orang pertama yang mulai memukul bola) yang berhak memperoleh angka jika pemain lawan gagal mengembalikan bola hasil pukulan sang pemain atau melakukan kesalahan.

Di Indonesia, olahraga skuas berada di bawah naungan PSI (Persatuan Squash Indonesia). Bisa dikepoin di akun IG nya di psi_squash_id.

5. Pickeball / Tenis Dayung
Olahraga ini merupakan salah satu olahraga baru. Ia merupakan campuran dari 3 "saudaranya" yakni tenis, bulu tangkis dan tenis meja. Pickleball dimainkan di lapangan seukuran bulu tangkis, dengan net setinggi net pada permainan tenis. Raket yang digunakan seperti bet pada permainan tenis meja namun dengan ukuran yang lebih besar. Bola yang digunakan juga didesain khusus, bola pickle bll berlubang-lubang dengan berat tertentu. Olahraga ini bisa dimainkan secara tunggal maupun ganda.
Pickleball
Meski sudah ditemui pada tahun 60an, pickleball baru masuk ke Indonesia pada tahun 2019 setelah diperkenalkan oleh Jeff Van Der Hulst, ambassador International Federation Pickleball (IFP) yang datang ke Fakutas Ilmu Keolahragaan (FIO), Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Meski tergolong baru, namun perkembangan pickleball termasuk cepat di Indonesia. Olahraga ini berada di bawah naungan Federasi Pickleball Indonesia (Indonesia Pickleball Federation).

6. Padel
Padel merupakan olahraga yang juga menggunakan raket, bola dan net. Saudara tenis satu ini juga boleh dibilang unik. Hampir sama dengan pickleball, olahraga padel menggabungkan beberapa olahraga dari saudara-saudara tuanya seperti tenis, badminton, dan skuas. Raket yang digunakan hampir sama dengan pickleball / tenis dayung, dan bola yang digunakan seperti bola tenis dengan sedikit modifikasi. Ukuran lapangan olahraga padel adalah 1/3 dari ukuran lapangan tenis biasa.
Padel
Padel dimainkan untuk permainan ganda, dan pemainnya "dikurung" di dalam tempat semacam kerangkeng tak beratap. Oleh karena itu, olahraga ini tidak mengenal istilah "out", kecuali jika bola benar-benar melambung melewati batas tinggi tembok atau kerangkeng.

Di Indonesia, olahraga padel termasuk olahraga baru, belum semua tempat memiliki fasilitas olahraga ini. Sejauh yang terpantau, baru tersedia di Jawa dan Bali. Induk dari olahraga padel adalah PPSI (Perkumpulan Padel Selurih Indonesia), bisa dikepoin di padelindonesia.org atau di instagram ppsi.

7. Tenis Pantai / Beach Tennis
Tenis Pantai merupakan cabang dari olahraga tenis lapangan. Sesuai namanya, permainan ini dimainkan di pantai, atau paling tidak dengan lapangan berpasir sama dengan pasir pantai. Tenis lapangan adalah bulu tangkis yang menggunakan bola tenis. Artinya permainannya mirip bulu tangkis, dimana bola tidak boleh menyentuh tanah sebagaimana permainan tenis pada umumnya.
Tenis Pantai
Raket dan bola yang digunakan juga sedikit berbeda dari tenis. Raket tenis pantai menyamai padel dan pickleball, dan bola yang digunakan juga merupakan bola khusus. Di Indonesia, tenis pantai belum begitu populer. Olahraga ini masih berinduk pada organisasi Tenis yaitu PELTI dan instagramnya di tennis indonesia.

8. Royal Tennis / Tenis Kerajaan
Royal Tennis, atau beberapa yang lain menyebut Real Tennis merupakan cikal dari tenis modern saat ini. Sesuai namanya, Royal Tennis dimainkan oleh para bangsawan, dan ini berlaku pada awal mula tenis berkembang.
Royal Tennis, sumber
Royal tenis dimainkan di dalam ruangan, lapangan berukuran panjang dan tidak memiliki garis tepi, karena garis tepinya adalah dinding. Raket yang digunakan memiliki diameter kepala raket yang lebih kecil dari raket tenis modern. Saat ini lapangan indoor untuk Royal Tennis masih tersedia di Inggris.

9. Sphairistike
Olahraga ini merupakan salah satu cikal bakal tenis lapangan saat ini. Sphairistike diciptakan oleh Mayor Walter Wingfield. Ia merupakan seseorang yang berjasa dalam perkembangan tenis masa lalu. Sphairistike dimainkan di lapangan yang berbentuk jam pasir, atau bentuk trapesium, bisa dimainkan secara tunggal maupun ganda.
Sphairistike
Permainan ini juga menggunakan raket, bola, dan net sebagai medianya. Kami belum mengetahui apakah olahraga yang menjadi "bapak" dari tenis modern ini masih eksis atau tidak.

10. Bulu Tangkis
Bulu Tangkis atau Badminton merupakan salah satu olahraga populer di dunia. Terlebih di Indonesia, olahraga ini begitu mendapat tempat di hati masyarakat, sebab Indonesia memiliki segudang atlet badminton yang banyak mengahrumkan bangsa.
Badminton, sumber
Badminton dimainkan dalam lapangan berukuran 13.40 meter x 6.10 meter, menggunakan raket dan bola yang disebut kok (shuttlecock). Tak seperti saudara-saudaranya yang lain, net pada permainan badminton "menggantung" di udara dan tidak menjejaki lantai lapangan.

Di Indonesia, bulu tangkis berada di bawah organisasi induk PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) dan bisa juga dikepoin IG nya di pbsibadminton.









Sumber:
https://www.sfidn.com/article/post/olahraga-pickleball-101-pengertian-aturan-dan-cara-bermain
https://aturanpermainan.blogspot.com/2019/12/cara-menghtung-set-dan-angka-permainan-olahraga-squash.html
https://padelindonesia.org/about/