Friday, September 11, 2015

11 September : Peristiwa Serangan Gedung WTC, #hariinidalamsejarah

Saat itu aku masih berumur 10tahun, kelas 4 SD, ketika orang rumah sedang heboh sekali menonton berita di TV dan mengobrol tentang kata yang asing sekali ditelinga ku. "teroris". begitulah kalau tidak salah aku mendengarnya. Lalu ku tanyakan itu pada ibu, dan beliau menjawab "nanti ya mama jelasin, kamu belum ngerti untuk hal ini". Mendengar hal itu semakin penasaran aku, banyak sekali pertanyaan yang ada dalam kepala ini, terutama tentang "teroris" itu.

Sedikit jawaban terjawab saat malam, seperti biasa setelah magrib menuju isya dan makan malam kami berkumpul di ruang keluarga. Entah sekedar menonton TV, membaca buku dan kegiatan lain. Namun semua berhenti ketika di TV penyiar memberitakan tentang kejadian yang terjadi di belahan benua seberang, Amerika. Dalam cuplikan berita tersebut menampilkan video amatir yang merekam pesawat yang tengah mengudara "dengan santai" menabrakkan dirinya ke gedung kembar yang diketahui bernama WTC (World Trade Center) itu. Ledakan pun terjadi, tak lama berselang, sebuah pesawat kembali datang dan menabrak satu gedung disebelahnya. Dalam hitungan menit, menara kembar simbol nagar adidaya itupun hancur, rata dengan tanah. Semula, tidak ada perasaan ngeri yang aku alami, itu mirip seperti film-film action yang sering ku nonton. Namun aku kaget ketika ada yang menyebut, itulah teroris. Kata-kata itu kembali terngiang ditelinga dan fikiranku. Teroris.
Peristiwa 9/11, via allenbwest.com
Lalu akupun mendapat penjelasan, bahwa teroris itu adalah mereka yang suka melakukan hal-hal anarkis, membunuh, dan lain-lain yang berhubungan dengan kejahatan. Intinya adalah menyebar ancaman.

Melalui kejadian di Amerika itu, aku baru memahami, apa yang sedang terjadi. Meskipun masih sedikit. Aku ingat, peristiwa yang dikenal dengan tragedi 9/11 tersebut menjadi awal islamofobia di dunia. Karena dengan peristiwa itu, Amerika mengatakan Osama bin Laden, tokoh penting di Irak yang merupakan dalangnya. Jadi setiap orang berjenggot, bersorban, dan bergamis langsung saja dikata teroris. Ulah media. Propaganda.

Bertahun berlalu, islamofobia masih sulit untuk dihilangkan, bahkan meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Imej islam sebagai teroris pun seakan melekat. Bila melihat orang berjanggut, wanita berhijab, pria bergamis, selalu saja disebut teroris. Terlebih lagi di Indonesia, setelah kejadian 9/11, menyusul pula "kegiatan-kegiatan" serupa di Indonesia, seperti Bom Bali I dan II, Bom Kuningan, dll. Yang memang pelakunya (entah memang pelaku, atau hanya skenario saja) adalah mereka yang berjanggut, bergamis, dan atribut-atribut seperti itu.

Aku juga pernah mengalami hal serupa, ketika liburan kuliah dari Jogja. Aku pulang ke kampung halaman. Pergi mesjid dengan tampilan seperti disebut diatas, berjenggot (brewok), dan menggunakan gamis. Apa sambutan yang ku dapat?

"au ni gi kulah jeoh2 kat Jogja nun nak jedi teroris ke?"
"(kamu ini, kuliah jauh2 di Jogja sana mau jadi teroris ya?)"

Sebegitu sempit kah pemikirannya? aku sempat membatin, jadi kalau kalian punya rejeki lebih dan mendapat kesempatan jalan-jalan ke Pakistan atau negara lain di Timur Tengah, berarti semua orang yang kalian temui adalah teroris? Bukankah mereka berjenggot (brewok) bergamis, dan wanitanya berhijab penuh? Begitu?

Gelombang islamofobia terus menyebar, banyak yang membenci islam, namun selalu ada hikmah dibalik kisah. Dari sebegitu banyak yang membenci islam, tak sedikit pula dari mereka yang bahkan masuk islam, kebanyakan mereka menyadari bahwa apa yang mereka tuduhkan berbanding terbalik jika mereka "terjun langsung" melihat islam itu sendiri.

Belakangan juga, banyak video-video yang menerangkan tentang sebuah konspirasi dibalik kejadian 9/11. Ada yang mengatakan itu bukanlah teroris, namun sesuatu yang memang sudah direncanakan. Analisa dari berbagai video amatir seputar kejadian dan juga beberapa analisa-analisa lain banyak yang menyimpulkan bahwa kejadian ini hanyalah kejadian yang "sengaja" dibuat-buat. Entahlah. Wallaahu a'lam.
Pernyataan seorang jurnasis, via youtube.com



No comments:

Post a Comment