Setelah terbentuk pada tahun 1935, PELTI dengan segala lika-liku perjalanannya telah melewati berbagai masa. Mulai dari pengaruh kolonial Belanda, tidak aktif dimasa Jepang, hingga perjuangan menghidupkan kembali pada masa pasca kemerdekaan. Semua dilalui PELTI dengan teguh dan pantang menyerah, sesuai dengan slogan pada logonya: PANTANG SURUT. Pelti terus mengembangkan program kerjanya dalam mengenalkan tenis ke seluruh pelosok Nusantara.
Dan itu terbukti dengan banyaknya atlet-atlet tenis di luar Jawa yang ikut serta dalam perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang berlangsung sejak tahun 1948 di Solo. Masa keemasan tenis Indonesia pada kurun 1968 hingga 1987 berimbas juga pada penyebaran olahraga ini di pelosok tanah air. Tak terkecuali di Natuna, sebuah kepulauan di ujung utara Republik ini.
Tenis diperkirakan masuk ke Natuna pada tahun 1970an, ia kemungkinan besar dibawa oleh para pekerja minnyak dan gas pada awal mula eksplorasi di laut Natuna ini berlangsung. Tahun 1960-1980 merupakan tahun-tahun dimana eksplorasi migas besar-besaran dilakukan di laut Natuna setelah ditemukannya cadangan hidrokarbon yang besar di perairan sebelah barat kepulauan itu.
Dalam kurun waktu 1970an itu pula, beberapa pulau di Natuna mendapat kunjungan tamu dari luar, baik dari pusat maupun negara asing. Ada yang tinggal dalam beberapa waktu, ada pula yang sebentar seperti melakukan perjalanan dinas kerja. Orang-orang dari luar inilah kemungkinan yang berperan besar dalam membawa tenis lapangan ke Natuna.
Lapangan tenis pertama di Natuna ada di pusat kota Ranai, tepatnya di dekat Simpang Empat. Lapangan tenis ini berjumlah dua buah dan terbuat dari semen. Menurut keterangan papa saya, Noorhidayat (Buyung), tahun 1970an ia sudah menjadi ballboys ketika ayahnya (kakek saya) bermain tenis dengan bule di lapangan tersebut. Raketnya yang digunakan masih berbahan kayu. Daerah tersebut memang merupakan pusat olahraga sekaligus pusat hiburan, karena di sebelahnya juga terdapat lapangan bola dan gedung pertemuan yang digunakan dalam berbagai acara.
|
Bekas Lapangan Tenis di SMP Negeri 1 Bunguran Timur |
Tenis
lapangan lambat laun mendapat tempat di hati masyarakat Natuna
khususnya di Ranai dan sekitarnya. Pada tahun 1980an ada dua lapangan
tenis tambahan yang dibangun, yang pertama di dekat SMPN 1 Bunguran
Timur, papa menceritakan bahwa lapangan tenis ini berasal dari lapangan
voli yang dialihfungsikan. Lalu yang kedua adalah di pangkalan udara TNI
AU, lapangan ini dibuat oleh TNI AU dan perusahaan minyak (yang saat
itu memiliki basecamp di hangar LANUD Ranai). Belum diketahui yang mana terlebih dahulu dibangun antara dua lapangan ini.
Seiring berjalannya waktu, tenis mendapat perhatian dari pemerintah. Ini terlihat dengan dibangunnya lapangan tenis pemda Natuna di kawasan Batu Kapal. Karena lokasi yang dekat dengan kota, lapangan tenis ini menjadi tempat lokasi favorit baru bagi para pecinta tenis. Sehingga lahir komunitas tenis yang diberi nama Natuna Tennis Community.
|
Lapangan Tenis Batu Kapal
|
Giat tenis di lapangan pemda (selanjutnya lebih akrab dengan sebutan Lapangan Tenis Batu Kapal) ini semakin berkembang. Tak hanya sebagai ajang melepas hobi bagi para pemain dewasa, namun juga membuka kesempatan latihan bagi petenis muda untuk regenerasi kedepannya. Bahkan tenis junior Natuna pernah ikut serta dalam ajang Batam Tennis Junior Open pada tahun 2005. Dan pada tahun yang sama, salah satu atlet tenis junior Natuna menjadi delegasi kontingen Provinsi Kepulauan Riau (kontingen peninjau) dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2005 di Medan.
Saya kembali mengingat, kala itu masih kelas 3 SD, papa mengajak saya ke lapangan tenis, bermain, dan kemudian dilatih oleh bang Yanto, lalu dilanjutkan oleh bang Udin. Pertengahan taun 2000an, Pengkab Pelti Natuna mendatangkan pelatih tenis junior nasional asal Pontianak, bapak Zulkarnain (pak Jul) untuk melatih para petenis junior Natuna.
Latihan intens mulai dilakukan oleh pak Jul, metode pelatihan yang menyenangkan menarik banyak peminat petenis muda. Sayang, program ini tak bertahan lama. Pak Jul kembali ke Pontianak. Kepelatihan Tenis dilanjutkan oleh pak Rahman (alm), bang Kas, coach Nyat (Jamiat), dan lain-lain.
Kian hari, tenis di Natuna semakin banyak peminatnya, ia datang dari berbagai kalangan. Lalu agar terciptanya wadah tempat para petenis ini bernaung, akhirnya dibentuknya kepengurusan Pengkab PELTI Natuna dengan ketua pertamanya Darmansyah (alm). Pengurus PELTI pertama ini banyak melakukan kegiatan-kegiatan seperti tur persahabatan dengan Pengkot PELTI Pontianak, Kalimantan Barat, ikut serta dalam berbagai lomba tingkat provinsi, bahkan sampai ke negeri jiran, dan lain-lain. Bersamaan dengan itu, pembinaan atlet muda juga terus dilakukan.
|
Tim Tenis Natuna pada Porprov Kepri 2022 di Bintan |
Tenis Natuna juga ambil bagian dalam ajang Pekan Olahraga Provinsi Kepulauan Riau, dari edisi pertama tahun 2006, hingga yang ke V di tahun 2022 ini. Meski dengan prestasi yang naik turun, namun tenis Natuna sudah bisa unjuk gigi dalam beberapa ajang perlombaan.
Ketua
PELTI kedua adalah bapak Kamaruddin, yang menjadi plt Ketua Umum
setelah bapak Darmansyah meninggal dunia. Lalu dilanjutkan dengan bapak
Marsidi yang menjadi ketua Pengkab PELTI Natuna hingga tahun 2020.
Tampuk kekusaan Pengkab PELTI Natuna berpindah dari bapak Marsidi ke
bapak Iskandar Dj, sayang baru beberapa hari menjabat, beliau wafat
secara mendadak karena serangan jantung. Ketua Umum Pengkab PELTI Natuna
selanjutnya dipegang oleh Daeng Ganda Rahmatullah untuk periode
2020-2025.
|
Pelantikan Penkab PELTI Natuna 2020-2025
|