Friday, January 31, 2020

Melunasi Rasa Penasaran di Mekar Jaya Mangrove Park

Mobil yang dikendarai big boss terus melaju membelah jalan poros dari simpang PLN Pian Tengah Bunguran Selatan menuju masuk ke dalam, ke sisi barat dari pulau Bunguran Besar ini. Jalan yang belum separuhnya beraspal dan bertanah keras tersebut penuh dengan batu, kadang juga melewati sungai kecil dengan jembatan yang ngeri-ngeri sedap saat melewatinya. Sekitar 30an menit perjalanan dari simpang masuk tadi, baru kami menemukan kampung sederhana yang rata-rata rumahnya berada di atas sungai bermangrove, Desa Pian Tengah.
Jalan menuju Desa Pian Tengah
Dari Desa Pian Tengah, perjalanan masih terus berlanjut ke arah barat mencari kitab suci sekitar 3 km. Kebun kelapa dan cengkeh menemani perjalanan ini. Dengan medan jalan yang "lumayan-agak" berat, perlahan tapi pasti barulah kami sampai ke sebuah desa yang cukup hits dan naik daun pada sejak tahun 2019 lalu, Mekar Jaya.
Desa Pian Tengah
Desa Mekar Jaya terletak di sisi barat Pulau Bunguran dan termasuk dalam wilayah Kecamatan Bunguran Barat. Desa Mekar Jaya saat ini memiliki dua dusun, dusun Sebuton dan dusun Air Batang.

Dua tahun belakangan ini Desa Mekar Jaya sedang hot-hotnya jadi pembahasan. Bahkan program-program serta bantuan yang berasal dari provinsi maupun pusat kerap memilih Desa Mekar Jaya sebagai objeknya.
Jalan menuju Desa Mekar Jaya
Saya pribadi mengetahui daerah ini ketika dulu saat masih di perantauan. Seorang sahabat meminta bantuan untuk membuat logo kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang ada disana, dengan wisata andalannya, mangrove. Setelah itu, saya hanya dikirim gambar-gambar kondisi saat ini beserta rencana pembangunan objek wisata mangrove ini. Seketika ingin cepat-cepat pulang dan menuju kesana kala itu, saking penasarannya.

Ide mengembangkan wisata mangrove di pulau dengan mayoritas memiliki pasir pantai putih serta pulau-pulau yang indah ini adalah ide yang sangat unik dan berani. Masyarakat Natuna nantinya akan disuguhkan dengan alternatif wisata lain jika kita "nyelek" (bosan) dengan wisata pantai, laut, pulau dan batu-batu granit besar. Mereka akan ke "hutan" bakau dan meninggalkan pemandangan indah pasir putih nan kemilau seperti yang sudah lama disajikan Natuna.
Pokdarwis Air Batang
Sejatinya, wisata mangrove di Mekar Jaya memang bukan yang pertama. Dulu, di tengah-tengah kota Ranai, tepatnya di jembatan Sasan di perkampungan Kampar, sudah pernah akan dibuat konsep wisata susur hutan bakau ini, namun entah mengapa menjadi terhenti tiba-tiba. Lalu muncul beberapa konsep pengembangan wisata mangrove di Pulau Bunguran, ada di Pengadah, Pering, Sebakung dan Mekar Jaya. Sempat lama menghilang, Mekar Jaya akhirnya membaca peluang, memilih start duluan dengan memanfaatkan fasilitas, promosi desa langsung digass.

Dan terbukti, setelah melalui masa perintisan sejak akhir 2018, dan dengan pemanfaatan teknologi yang ada, serta didukung oleh SDM yang kreatif serta inovatif. Wisata Mangrove dan Desa Mekar Jaya menjelma jadi primadona baru wisata "non-pantai" di Natuna.

Mekar Jaya Mangrove Park (MJMP), begitu branding dari tempat wisata yang berada di bawah asuhan Pokdarwis Air Batang ini. Letaknya tak jauh dari pusat desa Mekar Jaya. Jika kita telah memasuki desa ini maka kita akan dapati sebuah masjid, Masjid Al Ijtihad namanya. Tepat sebelum masjid ada gang kecil menuju MJMP, ada penunjuk arah yang dipasang disana sehingga memudahkan kita untuk menuju lokasi wisata tersebut (klik tautan ini).
Mekar Jaya Mangrove Park
Tak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar 300 meter saja dari simpang masuk dari masjid Al-Ijtihad, kita sudah berada dalam "komplek" wisata MJMP. Bau khas bakau, serta kicauan hewan di sekitar akan menyambut kita saat kita masuk area mangrove menuju tempat parkir kendaraan.
Loket masuk MJMP
Loket sekaligus tempat parkir sepeda motor serta toilet adalah bangunan pertama dari tempat wisata ini. Biaya masuk dikenakan 10.000 per orang, dan gratis air mineral. Setelah mendapatkan tiket, baru kita menuju taman mangrive dengan melewti jembatan kecil nan tinggi. Sepertinya sengaja dibuat demikian, selain kesan estetika juga akan memudahkan mutur, perahu nelayan tradisional bermesin untuk lewat menuju tempat "docking"nya.

Fasilitas wisata MJMP saya beri nilai 85 dari 100. Ada kafe dan gazebo-gazebo yang kalau dilihat dari atas akan berbentuk kepiting, masyarakat Natuna menyebutnya ketam. Dan itu pula yang menjadi menu andalan jika kita kita berada disini. Sayang, kami tak bisa mencicipinya karena pada saat kami kesana, separuh dari pemuda-pemuda desa pergi ke pulau seberang untuk memanen cengkeh, petani cengkeh merupakan salah satu pekerjaan masyarakat Natuna selain nelayan.
Kafe Ketam MJMP
Ada juga mushala yang terletak tak jauh dari kafe Ketam tadi, namun pengerjaannya belum selesai sepenuhnya. Bahkan menjadi tempat istirahat pengunjung yang membuat kami urung untuk melihatnya lebih lama. Pun begitu pula dengan fasilitas-fasilitas lainnya, bertahap akan dilengkapi.

Saya mencoba menelusuri jembatan kayu yang dibuat pengelola untuk menelurusi hutan bakau nan hits ini. Pohon bakau yang rindang, dan terkadang dahan-dahan besarnya juga bebas melintas di tengah-tengah jalan pelabuhan, membuat kita harus berhati-hati dalam berjalan. Di beberapa titik disediakan spot-spot berfoto yang kekinian, dan tentunya instagramable benu. (Benu = Banget).

Spot-spot berfoto di MJMP

Rest Area dan toko souvenir
Jalan menelusuri hutan mangrove yang terletak di sisi sungai Aek Botang ini berujung di pelabuhan kecil yang akan diproyeksikan menjadi pelabuhan wisata untuk melanjutkan "paket wisata" kita ke Pulau Semarong. Pulau kecil dengan view yang indah, ia berada di antara Mekar Jaya dan Pulau Sedanau. Ada pohon Pelawan dan beragam biota laut yang ada di sekitar pulau akan jadi daya tarik ketika kita mengunjungi pulau Semarong. FYI, pohon Pelawan merupakan pohon yang menjadi bahan utama pembuatan gasing yang memiliki harga tinggi. Gasing merupakan permainan rakyat Melayu yang masih dimainkan hingga saat ini. Namun sayang, saat kami ke MJMP, air sedang surut, jadi belum berkesempatan menuju pulau kecil tersebut.
Muara sungai Aek Botang

Ujung jalan dan penampakan pulau Semarong
Perjalanan kami ditemani seorang sahabat yang juga menjadi pengurus pokdarwis Air Batang. Ia menyebutkan bahwa pembangunan objek wisata mangrove ini akan berlanjut lagi ke sisi sebelah dari sungai Aek Botang ini, maket serta gambar rencananya sudah ada, tinggal bertahap untuk direalisasikan. Dan jika terealisasikan sesuai rencana, ini akan menjadi objek wisata terlengkap yang ada di Natuna.

Salah seorang sahabat saya yang lain, seorang pemuda penggerak di Desa Mekar Jaya ini mengatakan, akan banyak program lain yang akan dilakukan di Desa ini. MJMP merupakan salah satunya, itu ia sebut sebagai ikon desa, dan pemancing untuk melengkapi fasilitas-fasilitas desa. Dia bilang jika suatu desa punya ikon, maka akan banyak fasilitas yang datang nantinya. Dan memang terbukti, sejak MJMP menjadi viral, beragam fasilitas Desa perlahan dilengkapi, mulai dari internet gratis di tempat-tempat strategis, jalan, akses internet dari operator telpon selular dan lain-lain. Bahkan tahun lalu Desa Mekar Jaya menjadi tuan rumah PORMATS (Pekan Olahraga MTs) se-Kabupaten Natuna.
Mekar Jaya Mangrove Park
Meski lokasinya kadang-kadang tak terbaca di gugel mep. Namun jangan khawatir akan sinyal. Salah satu operator telpon seluler disini sudah ada yang 4G! sudah bisa video call dengan warga di kota sana. Sah wate ye. Ohyap, menu andalan di kafe ketam ini adalah ketam bakau, kepiting mangrove yang dimasak dengan saos tiram yang kelihatannya maknyoss sekali. Menu lain yang tak kalah enaknyanya adalah aek nyok gule mighah besaguk, ini merupakan minuman khas, sensasi minum dan makan daging kelapa langsung dari buahnya ditambah gula aren dan sagu butir bercampur es. Segarnya sampai ke tulang tjoy!

Penasaran?

Jom kite datang ke Mekar Jaya Mangrove Park. 😀

Monday, January 6, 2020

Taman Pantai Piwang, Ikon Baru Wisata Kota Alternatif di Natuna

Tahun 2020 ini menjadi tahun yang menyenangkan bagi masyarakat Natuna, khususnya Ranai dan sekitarnya. Karena setelah sekian lama menunggu, akhirnya Natuna memiliki taman publik. Taman bermain, rekreasi dan sekaligus olahraga. Kayak di kota-kota besar itu loooh. Sejatinya taman kota ini dulu pernah ada, dengan fasilitas yang secara bertahap dilengkapi perlahan. Namun pada pertengahan tahun 2019 kembali "ditutup" untuk dilakukan renovasi total dan baru akan selesai menjelang tahun 2020.

Taman yang terletak di pusat kota ini berada di pantai Tanjung Sebong Ranai dan merupakan hasil timbunan atau reklamasi sejauh kurang lebih 50 meter dari bibir pantai. Secara administratif, taman ini berada di dua kelurahan, Kelurahan Ranai Kota dan sebagian lagi di Kelurahan Batu Hitam di wilayah Kecamatan Bunguran Timur.
Pantai Piwang
Namanya Taman Pantai Piwang. Sempat menghebohkan jagat maya warga Natuna lantaran penamaan nama pantai ini. Perlu diketahui, tak banyak orang yang tau nama asli pantai di daerah tersebut adalah pantai Tanjung Sebong. Bahkan di era 2000an, pantai ini diberi nama pantai stress oleh muda-mudi Ranai. Karena kesannya kurang elok, nama pantai lalu diubah oleh pemerintah menjadi pantai Kencana dan bertahan hingga ia diganti menjadi pantai Piwang akhir 2019 kemarin.

Pro dan kontra sempat mewarnai nama pantai ini sebelum ia dibuka untuk umum. Berbagai dialog dan debat mengisi laman facebook tentang nama "Piwang" yang memiliki arti Rindu ini. Dialog antara pemerintah, dan perwakilan tokoh adat dan tokoh masyarakatpun dilakukan untuk menangani "masalah sosial" ini. Hingga akhirnya diputuskan dan disepakati bersama, nama Pantai Piwang sebagai nama "baru" Pantai Tanjung Sebong ini. 

"Kalau saya pribadi lebih nyaman menyebutkan dengan nama taman, Taman Piwang pantai Tanjung Sebong."

Dah ah, jom balik lagi ke bahasan awal. Taman yang memiliki panjang kurang lebih 300 meter dan lebar sekitar 50 meter ini terletak di pusat kota nan strategis, dan menjadikan tempat ini ramai dikunjugi warga baik pagi untuk berolahraga, sore untuk jjs hingga malam hari. Fasilitasnya juga sudah sangat baik untuk kelas taman publik. Ada toilet yang berada di sisi taman yang juga dijadikan spot berfoto muda mudi milenial jika malam karena viewnya yang agak instagramable dengan tambahan sinar-sinar lampu.
Arena panjat tebing, dan bangunan "jembatan"

Ada juga joging track dan arena panjat tebing yang sudah diperbaiki dan dibikin cantik. Arena panjat tebing kerap digunakan oleh para pengurus FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) untuk latihan pada sore hari, dan pengunjung juga boleh mencoba wahana yang menantang adrenalin ini dengan pengawasan dari pengurus FPTI tentunya. Fasilitas lainnya adalah taman bermain bagi anak-anak dan sarana olahraga bagi orang dewasa.
Taman bermain anak

Untuk menambah estetika taman, dibangun bangunan atau jembatan, atau jembatan bangunan, yah begitulah pokoknya ya, yang terletak juga tak jauh dari arena panjat tebing tadi. Kita bisa melewati "jembatan bangunan" tersebut untuk melihat view taman dari tempat yang lebih tinggi. Sementara bangunan di bawahnya merupakan perpustakaan mini dan ruang bermain dan membaca kecil yang disediakan, juga tempat untuk duduk berteduh bagi warga yang berkunjung.
"Jembatan" di Pantai Piwang
Geser sedikit ke selatan, lapangan luas beserta tiang bendera yang saya prediksi disini akan digunakan untuk perhelatan acara-acara besar daerah termasuk upacara HUT RI setiap agustusnya. Tak jauh dari lapangan luas tersebut, di dekat pantai dibangun dermaga mini, namun "buntu" karena di ujung dermaga yang memiliki panjang sekitar 10 meter tersebut dipagari. Jelas-jelas ini adalah spot untuk berfoto ria karena memang lokasi dan viewnya yang uploadable untuk mengisi feed instagram atau menambah album foto di facebook.
Dermaga mini pantai Piwang

Lapangan upacara, view dari atas bangunan

Tak jauh dari dermaga mini tadi, terdapat tulisan PANTAI PIWANG yang kontroversial itu, tulisan berwarna putih setinggi kurang lebih satu meter ini akan terlihat indah di malam hari dengan bantuan lampu-lampu taman yang menyinari. Di depan tulisan pantai piwang, tepatnya di pertigaan jalan Soekarno Hatta dan jalan Hang Tuah berdiri sebuah monumen berbentuk bulat dengan tulisan branding Natuna yang menghiasi di tengah-tengah nya. Ini merupakan landmark taman pantai piwang sekaligus ikon bin identitas dari taman tersebut. Tulisan branding Natuna dengan khas warna birunya kerap menjadi objek foto warga yang berkunjung ke taman ini, terlebih jika malam sorotan lampu taman berwarna-warni akan menambah kesan indahnya spot foto di sini.
Ikon pantai Piwang
Fasilitas taman masih berlanjut, di belakang struktur bulat bertuliskan Natuna tadi terdapat "hutan mini". Area seluas 2 x 10 meter ini berisi kayu-kayu yang ditancapkan serta bebatuan granit khas Natuna. Kayu-kayu yang ditancapkan tersebut dililitkan dengan lampu seri yang sangat indah ketika malam tiba. Memasuki ujung taman terdapat satu lapangan voli dan lapangan takraw yang bebas digunakan oleh pengunjung. Di seberang lapangan voli dan takraw terdapat tulisan GEOPARK NATUNA yang terletak di dekat pantai menghadap ke jalan raya. Geopark Natuna merupakan ikon dan branding wisata baru bagi Natuna setelah ditetapkannya beberapa titik di Natuna sebagai situs warisan geologi pada akhir 2018 lalu. Di ujung taman ini berdiri panggung rakyat dan lapangan luas meski tak seluas lapangan yang pertama di dekat arena panjat tebing tadi.
"Hutan mini" Taman Piwang
Panggung ini saya lebih senang menyebutnya dengan panggung rakyat, karena akan berfungsi nantinya dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masyarakat Natuna itu sendiri. Panggung "rakyat" ini berada di ujung selatan taman. Di belakang panggung terdapat toilet dan gudang kecil. Taman pantai piwang ini selain diisi oleh fasilitas-fasilitas yang sudah dijelaskan di atas, taman ini ditanami dengan pohon-pohon pinus dan pinang serta berbagai tanaman lain sebagai penghias taman, fasilitas kebersihan juga tersedia ditempat ini yang ditandai dengan tempat-tempat sampah di beberapa tempat.
Panggung rakyat
Ada pasukan pertamanan yang bertugas menjaga dan membersihkan taman pantai piwang. Namun tidak ada salahnya kita ikut turut serta membantu menjaga kebersihan taman milik warga Natuna ini, paling tidak dengan tidak membuang sampah sembarangan tempat dan lebih bagus lagi mengambil sampah yang berserakan di taman lalu membuangnya di tempat sampah.

Penggunaan taman pantai piwang ini boleh digunakan oleh umum. Untuk acara-acara besar dan berpotensi mengundang keramaian, pengurusan perijinan sampai saat ini berada pada pemerintah daerah melalui dinas perkim kabupaten Natuna.
Panggung rakyat
Yuk, mari ramaikan taman pantai piwang dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat, dari kita untuk kita. 

Natuna, lawa kusemengat!