Tuesday, July 25, 2023

Perjalanan Ke Lombok, Kota Seribu Masjid dan Kejutan-Kejutan

Nusa Tenggara Barat, sebuah provinsi yang masuk dalam WITA (Waktu Indonesia Tengah) ini berada dalam list untuk ku "tinggalkan jejaknya". Dan alhamdulillah, akhir pekan lalu berkesempatan menginjakkan kaki di Gumi Sasak -Pulau Lombok- ini dalam rangka menghadiri beberapa agenda kegiatan di sini.

Nusa Tenggara menjadi nama gugusan kepulauan yang membentang di sebelah selatan pulau Sulawesi hingga selatan Laut Banda. Dahulu gugusan kepulauan ini bernama Sunda Kecil, nama Nusa Tenggara mulai resmi digunakan sejak UU 8 1958 diresmikan. Barangkali, Nusa Tenggara berarti pulau-pulau (nusa) yang terletak di sebelah tenggara NKRI. Secara administrasi, Nusa Tenggara ini dibedakan menjadi dua, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dua-duanya adalah nama provinsi. 

Nusa Tenggara Barat
Peta Nusa Tenggara Barat

NTB terdiri dari banyak pulau, dan didominasi oleh dua pulau besar, yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Pulau Sumbawa merupakan pulau terbesar di NTB. Pulau Lombok, meski bukan merupakan pulau terbesar di NTB (luasnya sekitar 1/4 dari pulau Sumbawa), ia merupakan tempat dimana pusat pemerintahan Provinsi NTB berada. Kota Mataram, yang merupakan ibukota provinsi NTB berada di pulau ini. Pusat pemerintahan dan ekonomi juga berputar cepat di pulau ini. Selain banyak pulau kecil nan menawan di sekelilingnya, Rinjani yang berdiri megah di tengah-tengah pulau menjadi pelengkap keindahan Sang Gumi Sasak.

Landing, the first time....
Pesawat yang kami tumpangi mendarat di Lombok Internasional Airport (LIA) pada malam hari, sebuah perjalanan panjang dengan rute Natuna - Batam (bermalam) - Cengkareng - Yogyakarta - Lombok. Lampu-lampu kota Mataram sudah seakan menyambut kami dari atas sang burung besi. Di tempat tunggu pengambilan barang, kami berjumpa dengan delegasi peserta kegiatan dari daerah-daerah lain. Setelah chit-chat ringan dan berfoto tentunya, kami menuju hotel tempat acara dengan singgah ke sebuah rumah makan untuk menikmati ayam taliwang khas Lombok. Menikmati makanan khas dari tanahnya langsung.

Touchdown Lombok

Di tempat acara, saya menyempatkan diri bertemu dengan rekan-rekan yang sudah dahulu tiba, melepas rindu dengan berfoto bersama. Lalu kembali ke kamar untuk beristirahat. Perjalanan panjang dan duduk lama di dua moda transportasi (darat dan udara) akhirnya membuat badan ini meminta haknya. Tidur.

Perbedaan zona waktu membuat ku agak sedikit bingung dalam menentukan waktu subuh dan matahari terbit yang sudah saya rencanakan untuk hunting sejak tadi malam. Sembari mengeksplor hotel tempat menginap saya menemukan beberapa titik untuk mengambil foto sang surya yang sedang terbit. Sinar fajar berwarna jingga yang perlahan terbit dari timur masih tertutup dengan bayang-bayang raksasa yang baru ku ketahui adalah sebuah gunung. Gunung Argapura, tetangga gunung Rinjani ini berdiri kokoh di sebelah timur sehingga membuat cahaya arunika menyelip-nyelip manja dalam menampakkan indahnya. Pemandangan lain dari atas hotel juga tak kalah indah, kubah-kubah masjid terlihat sejauh mata memandang. Di segala penjuru arah. Tak salah memang jika pulau ini dijuluki kota seribu masjid dengan tujuan wisata halal terbaik di dunia versi Global Muslim Travel Indeks (GMTI).

Arunika dan Kubah-kubah Masjid

Dua kejutan tadi membuatku tak henti-hentinya mengucap rasa syukur. Sambil menerka-nerka, kejutan apa lagi yang diberikan Allah padaku melalui perantara Gumi Sasak ini.

Setelah terang, aku memutuskan untuk keluar hotel, berjalan-jalan sebentar sembari menunggu sarapan disiapkan. Berada di dekat gunung membuat udara pagi terasa dingin, jadi keluar sebentar sambil menghangatkan badan akan jadi kegiatan yang tepat. Tempat kami menginap berada di pusat kota Mataram. Benar-benar pusat kota. Sepertinya panitia sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan multinasional ini. Berada di pusat kota membuat hotel ini dikelilingi oleh berbagai instansi pemerintah, mulai dari DPRD, kantor-kantor pemerintahan, Bank Daerah, Islamic Center hingga bandara Selaparang (bandara TNI AU). Dahulu bandara Selaparang merupakan pintu masuk udara bagi para wisatawan yang akan mengunjungi Lombok pada tahun 2011an ke bawah, sampai "gerbang udara" ini dialihkan ke Lombok Internation Airport pada oktober 2011 hingga saat ini.

Perbandingan motif

Saat berjalan di trotoar, mataku autofocus pada ukiran penghias di lantai trotoar ini. Ukirannya mirip seperti ukiran melayu kaluk pakis yang digabungkan. Sebagai pengagum budaya, fenomena ini aku abadikan, sebagai bahan kajian ala-ala ku ke depan, barangkali ada benang merah antara suku Sasak dan Melayu. Dan ini juga kusebut sebagai kejutan.

Bersambung.......







No comments:

Post a Comment