Seperti sudah menjadi sebuah tradisi dalam diri, yaitu menyempatkan mengunjungi tempat-tempat bersejarah ketika berada di suatu tempat yang baru dikunjungi. Kali ini, mumpung sedang berada di "Gumi Sasak" Pulau Lombok, saya mengunjungi Museum NTB yang kalau dilihat dari peta, letaknya tak begitu jauh dari tempat acara yang saya hadiri.
Museum Negeri NTB |
Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, atau bisa juga disebut dengan Museum NTB ini terletak di pusat kota Mataram, tepatnya di jalan Panji Tilar Negara No 6 (map). Jarak yang masih terjangkau tempat saya menghadiri acara dengan menggunakan transportasi online. Terletak di kawasan tengah kota, Museum NTB sangat mudah dikunjungi. Berdiri di atas lahan seluas hampir satu hektar, museum ini memiliki lebih dari 7.000 koleksi, mulai dari sejarah, budaya, arkeologi, seni dan lain-lain.
Museum NTB terdiri dari beberapa bangunan, bangunan pertama yakni resepsionis, di sini tempat kita membeli tiket masuk museum. Antara bangunan depan dengan bangunan utama terdapat taman yang dihubungkan dengan koridor kecil. Beberapa barang bersejarah juga disusun rapi di dekat taman antara dua bangunan ini. Di sebelah kiri taman, di belakang loket tiket terdapat saung dan rumah adat di NTB. Sementara di sebelah kanan terdapat Geopark Information Center (GIC). Yap, Pulau Lombok sudah ditetapkan sebagai kawasan Geopark, bahkan saat ini menyandang status UNESCO Global Geopark (UGGP) yang sudah diakui dunia dengan nama resmi Rinjani Lombok UGGp.
Area sekitar taman museum |
Saya memasuki bangunan utama melewati koridor kecil, dan disambut dengan Jaran Kamput. Jaran Kamput terlihat seperti mainan kuda-kudaan yang dihias sedemikian rupa, biasanya digunakan saat proses khitan anak laki-laki, dimana sang "pengantin" (anak yang dikhitan) akan naik di atas Jaran Kamput lalu diarak berkeliling kampung. Hal ini masih dilakukan oleh masyarakat suku Sasak di Lombok. Memasuki ruang utama adalah peta pulau Lombok dan pulau Sumbawa, dua pulau besar milik NTB ini dengan detail ditampilkan, sehingga kita bisa melihat keadaan geografi dua pulau ini, seperti dataran rendah, lembah, danau, hingga gunung Rinjani dan gunung Tambora, dua "atap langit" yang melegenda. Tulang belulang binatang purba yang ditemui di NTB, hingga proses kejadian serta produk kebumian juga bisa kita lihat di sini.
Ruangan berikutnya berkisah tentang peninggalan kesultanan dan kerajaan yang ada di NTB. Beberapa koleksi yang terlihat adalah foto Sultan/Raja, bekas pakaian yang digunakan dan lain-lain. Peta perjuangan masyarakat NTB melawan kekuasaan Hindia Belanda dengan jelas ditampilkan, sebagai pengingat, bahwa perjuangan pejuang-pejuang terdahulu dalam meraih hak-hak atas tanah air yang dijajah. Maulana Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, seorang tokoh, ulama, dan juga pahlawan Nasional yang mendirikan organisasi islam Nahdatul Wathan, profil singkat beliau rahimahullah bisa kit lihat di museum ini. Beliau yang bergelar Tuan Guru Kiyai Haji (TGKH) serta rekan-rekannya memiliki andil besar dalam penyebaran islam dan perjuangan pejuang di NTB.
Koleksi sejarah dan kebudayaan |
Ruangan berikutnya menampilkan ragam kebudayaan dan beberapa peninggalan arkeologi seperti alat bertani dan berkebun, peninggalan keramik-keramik, alat memasak, hingga peralatan berkuda, serta alat-alat rumah tangga. Koleksi keris, permainan-permainan tradisional, alat musik, hingga motif tenun lombok -yang saya nilai paling estetik- juga dipamerkan di sini.
Perjalanan memutar museum membawa kita kembali ke pintu masuk. Sebelah kanan dari pintu masuk ini, terdapat koleksi flora dan fauna di NTB, mulai dari hasil produksi hutan, ragam reptil dan mamalia yang diawetkan, binatang-binatang laut, hingga buaya muara utuh yang diawetkan. Konon, buaya muara dengan panjang 4,1 meter ini pernah menggegerkan warga dan memangsa warga setempat. Setelah ditangkap dan diawetkan, buaya muara ini diserahkan ke museum pada tahun 2010 lalu.
Koleksi kebudayaan dan flora fauna |
Sebagai informasi, Museum Daerah NTB ini diresmikan pada tahun 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Museum buka setiap hari mulai dari jam 8 pagi, kecuali senin dan hari-hari libur nasional. Tak perlu merogoh saku yang terlalu dalam untuk masuk ke museum ini, dengan harga yang terjangkau, kita sudah bisa menikmati Nusa Tenggara Barat dengan cara yang berbeda.
Museum saya pilih, sebab menjadi representasi tempat-tempat sejarah dan budaya di provinsi NTB. Sebab waktu yang saya miliki tak banyak untuk mengeksplor Gumi Sasak dan Tana Intan Bulaeng. Meski hanya informasi singkat, namun museum sudah bisa mewakili untuk saya melihat Lombok, dan NTB dalam dimensi yang berbeda.
Sumber:
https://id.lombokindonesia.org/museum-ntb-lombok/
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/menambah-wawasan-di-museum-negeri-nusa-tenggara-barat-lombok/
https://museumntb.ntbprov.go.id/node/page/detail/40
No comments:
Post a Comment