Sunday, July 9, 2023

Belitong: Sejarah dan Budaya

Keindahan alam yang ada di Geopark Belitong selalu memantik rasa penasaranku. Setelah tadi pagi landing di bandara H.A.S. Hananjoeddin, aku dan peserta lain langsung menuju ke beberapa lokasi dalam rangkaian kegiatan UGG Youth Marine Camp. Sepanjang perjalanan aku kerap memperhatikan sekitar. Belitong, memang tak jauh beda dengan Natuna. Bentang alam, daerah pesisir, pulau-pulau dan granit, budaya, dan tempatnya hampir sama dengan Natuna. Hanya dalam segi infrastruktur, Belitung sudah jauh di depan. 
Perjalanan sebelum ini
Rumah Limas, Tanjung Kelayang hingga Pusat Informasi Geologi (PIG) adalah beberapa tempat yang kami kunjungi dari pagi hingga sore ini. Sebenarnya menurut rundown yang dibagi panitia, ada beberapa tempat yang seharusnya dikunjungi sebelum ke PIG, namun berubah karena sesuatu dan lain hal, hal yang sangat biasa terjadi dalam sebuah acara besar.

Setelah dari PIG, perjalanan kami berlanjut ke geosite Open Pit Nam Salu, sebuah lokasi bekas tambang timah yang sudah ditinggal lama. Bekas galian tambang ini membuat lapisan bebatuan jelas terlihat. Sehingga menjadikan geosite Open Pit Nam Salu sebagai objek penelitian geologi dan situs Geopark Belitong.
Open Pit Nam Salu dengan pemandangan Bukit Mulong
Nam Salu berasal dari bahasa Cina Haka (kalangan Cina pekerja). Nam berarti selatan, sedangkan salu berarti jalur. Situs tambang Nam Salu pada masa jayanya merupakan situs tambang timah besar. Sudah beroperasi selama 150 tahun hingga berhenti pada tahun 1928.

Dari Open Pit Nam Salu, kita bisa melihat alam pulau Belitung, perbukitan dan hutan. Bukit Mulong tampak indah di kejauhan, yang sering disebut dengan "jalur tengah", sebab Bukit Mulong terletak di perbatasan antara Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur. Uniknya tour guide pada kunjungan kali ini adalah warga lokal yang dibantu oleh pelajar tingkat SMP dan SMA. Ternyata hal ini masuk dalam kurikulum pembelajaran di sekolah-sekolah mereka. Betapa besar dukungan pemerintah dalam pengembangan Geopark, hampir segala sektor digerakkan dalam mendukung upaya menjaga kelestarian bumi, baik untuk pendidikan, penelitian, hingga peningkatan ekonomi lokal. Sejatinya, inilah yang menjadi tujuan suatu kawasan ditetapkan sebagai tamanbumi atau geopark.

Setelah dari Geosite Open Pit Nam Salu, kami kembali ke meeting point, di sana dibagikan minuman khas lokal, saya lupa namanya, namun rasanya yang asam-asam manis dan segar itu cocok sebagai pengganti letihnya medan menanjak dan menurun dari dan ke geosite tadi, lalu para peserta juga diberikan souvenir oleh panitia.

Matahari perlahan mulai masuk dalam peraduannya, ketika bus yang kami tumpangi melaju ke tujuan berikutnya. Sebuah komplek rumah dinas tua, kemungkinan bekas dari PN. Timah yang dulu pernah berjaya. Rumah dinas yang barangkali sudah berumur puluhan tahun ini tak begitu besar, arsitekturnya khas Belanda. Di sini aku kembali bertemu dengan beberapa kawan yang baru datang menyusul, beberapa teman yang dulu bersama-sama dalam kegiatan UGG Youth Seminar and Camp di Batur UGGp. Agenda malam ini adalah makan malam, namun bukan makan sembarang makan. Panitia mengkonsep kegiatan ini dengan "memaksa" peserta untuk menjadi melayu Belitong: makan bedulang.

Makan bedulang merupakan salah satu tradisi melayu Belitong, dimana hal ini sering disajikan dalam acara-acara besar seperti kenduri, do'a selamat hingga pernikahan. Dulang merupakan wadah besar, seperti talam. Lauk pauk diletakkan di dalam dulang untuk disajikan kepada tamu, biasanya satu dulang untuk empat porsi atau empat orang. Sudah lengkap dengan nasi, air, hingga makanan ringan penutup. Makan bedulang sama dengan yang ada di Natuna, konsepnya juga sama, hanya pengucapannya saja yang sedikit berbeda, tergantung pada daerahnya. Masyarakat Bunguran Timur lama menyebutnya makan beduluong, sementara masyarakat pulau Sedanau dan gugusan Pulau Tiga menyebut makan bedulong. Sedangkan di Midai disebut makan bedulang, dan masyarakat Kelarik disebut makan bedulueng.
menu makan bedulang
Kesamaan ini semakin menambah "daftar kembar" antara Natuna dan Belitong. Baik secara alam dan budaya, yang ku yakin akan bertambah seiring perjalananku pada hari-hari berikutnya di bumi laskar pelangi ini.

Setelah makan bedulang, peserta menuju ke hotel untuk menginap dan persiapan menuju agenda esok hari.

No comments:

Post a Comment