Monday, July 5, 2021

Perjalanan Mendampingi Tim Kemendikbudristek (6) : Kelanga, Tapau dan Ketam Lada Hitam (Lagi)

Secangkir kopi di lobi resort mengawali kamis pagi ini. Setelah perjalanan panjang lintas kecamatan kemarin, saya rasa kopi memang pas sebagai doping untuk nyemangati diri. Hari ini merupakan hari-hari akhir dalam rangkaian kegiatan pendampingan kami dengan tim Kemendikbudristek. Dan saya, kembali ke "habitat" awal dengan menemani tim bahasa sebelumnya. 

Proses wawancara dengan masyarakat Desa Kelanga

Tujuan kami kali ini yaitu Kecamatan Bunguran Timur Laut, dan Kecamatan Bunguran Tengah. Pemetaan bahasa lokal di Desa Kelanga menjadi tujuan perdana kami hari ini. Desa Kelanga merupakan salah satu tempat dimana bahasa asli Ranai berasal. Bahasa Ranai ini banyak digunakan di wilayah Bunguran Timur lama yang mencakup Kecamatan Bunguran Timur, Kecamatan Bunguran Timur Laut, dan Kecamatan Bunguran Selatan saat ini.

Setelah dari Desa Kelanga, kendaraan kami melaju ke Kecamatan Bunguran Tengah, tepatnya di Desa Tapau. Desa Tapau merupakan desa terakhir di Kecamatan Bunguran Tengah yang kami kunjungi. Desa yang merupakan daerah transmigrasi ini banyak dihuni oleh masyarakat dari etnis Jawa, terutama dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari hasil wawancara, bahasa Jawa sebagai bahasa ibu masih mereka pertahankan meski ada beberapa yang sudah lenyap karena jarang ditutur. Hujan menemani wawancara kami dengan penduduk Desa Tapau ini. Setelah data didapati, kami pamit undur diri. 

Wawancara dengan warga Desa Tapau

Selesai sudah proses wawancara dalam rangka penelitian ini. Saatnya acara bebas. Kali ini, saya akan bawa mereka ke Desa Mekar Jaya. Saya merasa berdosa jika tidak membawa tamu-tamu ini untuk menikmati keindahan Mekar Jaya Mangrove Park. Namun sebelumnya, mereka request untuk diantarkan ke Lampa, ada hal penting yang mereka lakukan. Ternyata hal tersebut adalah saat kejadian beberapa hari lalu ketika mereka melakukan penelitian di Pulau Tiga, mereka sepertinya lupa membayar makanan yang mereka beli di kantin. Jadi kedatangan kami ke Lampa ini adalah hanya untuk "melunasi" hutang tersebut. 

Saya fikir, ini luar biasa, ini menandakan mereka bukan orang-orang sembarangan. Tentunya pintar, lalu diiringi dengan akhlak yang baik pula. Bersyukur sekali saya selalu dipertemukan dengan makhluk-mahkluk Allah yang luar biasa ini.

Dari Lampa kami menuju Desa Mekar Jaya, menikmati mangrove dan berdiskusi ringan di sana dengan Cek Gu Ahdiani, pengelola Mangrove. Dan hal terpenting adalah makan ketam lada hitam lagi. Lauk wajib yang disediakan oleh Cek Gu Ahdiani ketika ada tamu yang berkunjung ke kediamannya. Alhamdulillah. 

Mekar Jaya Mangrove Park

Setelah berdiskusi banyak dan juga dijamu dengan makanan lezat, kami pamit pulang ke Ranai sebab haripun sudah mulai gelap. Dan para peneliti ini juga harus mempersiapkan diri untuk pekerjaan-pekerjaan administrasi dan kepulangannya pada hari sabtu kelak.






No comments:

Post a Comment