Cerita bermula dari salah satu media online nasional yang memuat artikel tentang tempat-tempat potensial untuk karantina WNI yang akan dievakuasi dari Wuhan. Dalam artikelnya tertulis Kepulauan Natuna diopsi terkahir. Berbagai tangkapan layar (screenshot) dibagian Natuna nya mengisi laman berbagai media sosial rekan-rekan disini.
Serasa tidak akan mungkin. Mengingat Natuna ini berada jauh dari pusat ibukota dan daerah terdepan sehingga kecil kemungkinan untuk "diperhatikan" pemerintah pusat. Namun ternyata itu salah, Natuna fix jadi tempat karantina.
Meski harus melalui proses yang panjang, mulai dari berbagai aksi, audiensi hingga mediasi pada akhir januari hingga awal februari lalu. Pemilihan pulau Natuna sebagai tempat karantina WNI yang dievakuasi dari Wuhan tetap tidak berubah. Warga Negara Indonesia di Wuhan tiba di bandara Raden Sadjad pada minggu, 02022020 untuk dikarantina selama kurang lebih 14 hari.
Seujujurnya tak sedikit warga yang masih was-was akan kejadian ini. Beragam pertanyaan juga masih terlontar yang berarti belum terjawab semua rasa penasaran warga di Natuna, khususnya di pulau Bunguran, tempat dimana WNI dikarantina.
Namun apapun itu, warga Natuna menerima keputusan pemerintah pusat mengenai karantina WNI selama 14 hari setelah meminta beberapa poin usulan yang diajukan saat aksi penolakan.
Sebentar saya flashback sedikit, aksi penolakan yang kami lakukan dulu berada didua "dunia", dunia nyata dan dunia maya. Di dunia nyata kami letih tenaga, di dunia maya kami letih fikiran dan emosi meladeni para netijen +62 dengan berbagai cercaannya, kebanyakan dari mereka tidak pernah bahkan tidak tahu bagaimana kondisi Natuna sesungguhnya, yang mereka lakukan adalah "ikut" mencmooh bagaimanapun keadaannya. Agak lucu denk.
Tapi tidak mengapa, kami warga Natuna terkenal dengan kebaikannya sedjak doeloe kala. Untuk itu, melalui artikel singkat ini, saya ingin menjelaskan sedikit fakta-fakta tentang Natuna, Kepulauan yang menjadi penjaga gerbang kedaulatan NKRI bagian utara di wilayah barat Indonesia ini.
1. Beretangga Langsung Dengan 5 Negara
Letaknya yang jauh berada di utara Indonesia ini membuat Kepulauan Natuna "berinteraksi" langsung dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, hingga Tiongkok. Natuna juga kerap mendapat kunjungan dari para tetangganya ini, baik secara resmi, maupun secara ilegal, ada yang singgah menetap, atau hanya sekedar numpang lewat.
Natuna di tengah-tengah Asean |
Hubungan Natuna dengan beberapa negara ini juga sudah "terjalin" sejak dulu, melalui sejarah, suku, dan budaya. Artefak-artefak masa lalu banyak ditemukan di Natuna rata-rata berasal dari Dinasti Kerajaan di China. Secara suku dan budaya, warga Natuna yang mayoritas suku melayu ini memiliki hubungan historis yang kuat dengan kerajaan melayu di Malaysia.
2. "Masuk" Indonesia Pada Tanggal 18 Mei 1956
Natuna baru didaftarkan oleh pemerintah Indonesia ke PBB sebagai bagian dari wilayahnya pada tanggal 18 Mei 1956. Saya sendiri belum mendapat sumber valid mengenai lambatnya wilayah Natuna ke dalam NKRI. Natuna sejak masa sebelum kemerdekaan merupakan bagian dari wilayah kerajaan Riau Lingga yang berpusat di Pulau Penyengat, kota Tanjung Pinang saat ini. Bahkan pada beberapa keterangan foto perang dunia ke 2 tahun 1945 dari Australian War Memorial menyebutkan Natuna merupakan bagian dari wilayah Kuching Borneo (Malaysia Timur saat ini).
Sumber foto : Australian War Memorial |
Memang secara geografis, Natuna lebih dekat dengan Negara Bagian Serawak Malaysia, namun sisi historislah yang membuat Kepulauan Natuna menjadi bagian dari Indonesia. Ini ada kaitannya dengan perjanjian Anglo-Dutch antara Inggris dan Belanda pada tahuna 1800an dulu.
3. Mayoritas Suku Melayu
Berada dibawah naungan kerajaan Riau Lingga pada masa lampau serta diapit oleh dua negeri melayu sejak dulu menjadikan Kepulauan Natuna mayoritas dihuni oleh suku Melayu dan mengaplikasikan budaya melayu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga bahasa Melayu, kami biasanya menyebutnya dengan Melayu Natuna, karena bahasanya agak berbeda dari kebanyakan bahasa Melayu yang familiar didengar orang-orang. Penasaran seperti apa? Makanya ke Natuna.
Kesenian melayu yang dibawakan mahasiswa dari Natuna |
Namun, Natuna sangat terbuka untuk siapa saja. Selain suku Melayu yang mendominasi, kepulauan Natuna juga dihuni oleh beragam suku yang ada di Indonesia seperti Jawa, Bugis, Minang, Batak, hingga Tionghoa. Kami sudah hidupa berdampingan bin damai dan aman sejak sekian lama.
4. Kaya Akan Sumber Daya Alam
Di Ranai ada gunung,
Tempat mendaki para jawara,
Memang Natuna adanya di ujung,
Tapi jadi penyumbang devisa negara.
Itu sepenggal pantun yang saya ingat, dilantunkan oleh bupati kedua Natuna beberapa tahun lalu saat saya masih sekolah. Yap, kepulauan Natuna memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan juga menjadi pemasok devisa negara. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Natuna antara lain pariwisata, kelautan dan perikanan, serta minyak dan gas bumi. Natuna memiliki cadangan gas bumi yang disebut sebagai cadangan gas terbesar di Asia, nama lokasinya adalah Natuna Block D Alpha, familiar dengan kata-kata itu?
Cadangan Gas Alam Indonesia (medium.com) |
Epp epp satu lagi, for your information, cadangan gas tersebar ini masih perawan loh ya, belum diapapain. Masih menunggu tangan-tangan terampil anak negeri untuk mengelola dan memanfaatkannya sebaik-baik mungkin.
5. Memiliki Alam yang Indah
Tak hanya memiliki sumber daya alam yang besar. Kepulauan Natuna juga dianugerahi alam-alam indah. Ada banyak lokasi wisata yang bisa ditemui jika kalian berkunjung ke Natuna. Mulai dari wisata pantai, pulau, maritim, hingga gunung dan bebatuan-bebatuan indah. Semua bisa ditemui saat kalian memilih memutuskan untuk berkunjung ke Natuna. Semuanya ini merupakan potensi wisata alam yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Pulau Senua, (@qqfirdaoes) |
Contohnya saja Pulau Senua. Pulau yang mirip dengan ibu hamil ini merupakan ikon wisata di Natuna. Jaraknya tak terlalu jauh dari Pulau Bunguran, hanya memakan waktu 15 - 30 menit saja untuk menuju pulau tersebut dengan perahu mesin tradisional milik warga setempat. Laut yang jernih, pasir yang putih, alam yang asri membuat Pulau Senua menjadi destinasi favorit, bahkan masuk dalam nominasi Anugerah Pariwisata Indonesia tahun 2019 dengan kategori Surga Tersembunyi.
6. Salah Satu Geopark Nasional
Keindahan yang dimiliki oleh Natuna ternyata menjadi magnet yang menarik para peneliti untuk datang kesana. Setelah dengan berbagai kajian, akhirnya Natuna pada akhir 2018 lalu ditetap oleh KNGI (Komite Nasional Geopark Indonesia) sebagai situs Geopark Nasional yang jug akan diajukan untuk masuk kedalam Jaringan Geopark Global atau UNESCO Global Geopark.
Batu Sindu, salah satu Geosite di Natuna |
Geopark merupakan sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi dimana masyarakat diajak untuk ikut berperan serta melindungi dan meningkat fungsi dari warisan alam, termasuk nilai arkeologi, ekologi, hingga sejarah dan budayanya. Jadi kawasan yang ditetapkan sebagai situs geopark itu harus memiliki 3 unsur diantaranya keragam Geologi, keragam hayati (flora dan fauna) dan keragaman budaya. Tujuan geopark ini adalah, konservasi, edukasi dan peningkatan sektor wisata. Saat ini, Indonesia memiliki belasan geopark nasional dan lima diantaranya sudah diakui UNESCO dan masuk dalam Jaringan Geopark Global.
Nah, itu tadi 6 fakta mengenai Natuna, negeri elok di utara Indonesia yang saat ini sedang hot-hotnya jadi pembahasaan dan pemberitaan diberbagai media.
Jadi #kapanmaukeNatuna?
Salah 1 keunggulan Natuna adalah besarnya potensi perikanan di laut Natuna Utara
ReplyDeletetest
ReplyDelete