"mak, yak nak gi Betu Kasah lok ye mak"
-bu saya jalan-jalan ke Batu Kasah dulu ya
"ngan sape yak?"
-Dengan siapa nak?
"ni he ngan kawan-kawan kelas"
-sama teman-teman sekelas bu
"oh ye lah, mbe temu mende lain sah semberong cacok ye, hati-hati"
-baiklah, jika bertemu dengan sesuatu yang "aneh" jangan sembarangan "ditegur" ya"
"ye mak"
-ya bu
....................................
Cacok merupakan bahasa Ranai yang berarti menegur atau menyebut sesuatu. Dalam kontek percakapan diatas, cacok berarti menegur atau menyebut hal-hal aneh yang terdapat disuatu tempat baru. Jika kita pergi ke suatu tempat dan ketika pulang kita terkena penyakit atau bahkan mungkin "kesasau" (kesurupan). Warga setempat mempercayai bahwa selama berada di sana kita ada melakukan perbuatan yang seharusnya tidak boleh dilakukan, sembarangan "cacok" mungkin salah satunya. Boleh percaya boleh tidak, ini merupakan mitos yang ada di wilayah Natuna, Ranai dan sekitarnya khususnya.
Jika dilihat dalam sudut pandang yang lain, memang benar jika kita mengalami sakit karena salah "cacok" ini dikarenakan gangguan makhluk-mahkluk lain penunggu daerah atau tempat tersebut. Tidak bisa kita pungkiri kan, kita memang hidup berdampingan dengan mereka, Al-quran juga sudah menjelaskan. Percayakan bahwa setiap tempat memiliki penghuni atau penunggu. Nah "mereka" di sini bertindak sebagai tuan rumah. Tuan rumah mana yang tak senang jika tempat mereka dikotori, ya kan? Nah salah cacok dan melakukan tindakan-tindakan yang tak dibenarkan merupakan hal-hal yang membuat "mereka" marah, dan imbasnya kita pun akan diganggu bahkan dibuat sakit oleh mereka. Ada pesan pesan moral dari pamali ini, yaitu dimanapun kita berada haruslah bersikap baik dan santun. Karena tak hanya kita (manusia) saja yang ada di dunia ini. Jangan merusak dan mengotori alam, serta selalu jaga keindahannya.
Pulau Senua, dari Batu Sindu |
Daerah Natuna ini dianugerahi oleh alam yang indah, air terjun, pulau-pulau, serta bebatuan pantai yang super amaziiing. Namun dibalik keindahan tempat-tempat ini, masyarakat meyakini adanya "peraturan-peraturan" tertentu ketika kita berkunjung kesana. Ada baiknya sebelum ke suatu tempat yang baru yang belum pernah kita kunjungi, kita menanyakan perihal tempat-tempat tersebut dengan orang lokal, agar tidak terjadi hal-hal tidak baik yang tidak kita inginkan. Ada beberapa cerita mengenai salah cacok yang dialami oleh beberapa teman dekat saya, juga yang diceritakan oleh teman-teman lain. Ada yang pulang langsung demam tinggi, ada juga yang kram kaki, badan tidak bisa bergerak, dan lain-lain.
What is on your mind? |
Contohnya seperti ini, ada mitos yang tersebar di Ranai, jika kita pergi ke pulau Senoa lalu bertemu dengan tikus disana, nah jangan sembarang "cacok", jangan menunjukan dan bilang "eh ada tikus" atau yang lain sebagainya. Masyarakat percaya bahwa itu adalah penunggu pulau yang jika kita bertemu dengannya maka panggillah dengan sebutan "Cik Karim". Ada lagi mitos di daerah Bunguran Timur Laut, tentang sebuah sungai namun dihidupi oleh ikan-ikan laut. Sebuah anomali atau fenomena yang tak biasa memang, namun jangan kita "cacok" sembarangan, atau mungkin memancingnya di sungai tersebut. Bisa jadi anda akan terserang penyakit atau hal lain. Juga jika kalian ketempat baru, lalu melihat ada batu yang meyerupai sesuatu (binatang atau semacamnya), sebaiknya diam dan ada baiknya tanya dulu dengan warga setempat. Dan banyak lagi tempat-tempat lainnya.
Percaya tak percaya, namun semua kembali kepada diri masing-masing. Percaya bahwa kita hidup berdampingan dengan "mereka" itu tidaklah masalah, namun kepercayaan dan keimanan hakiki tetaplah hanya pada Allah Ta'ala saja.
Ingat, sah asal cacok ye.
No comments:
Post a Comment