Masih disekitaran Tenggarong nih. Udah pernah dibilangkan kalau saya suka banget yang namanya ke museum. Museum akan selalu masuk dalam daftar pencarian saya ketika saya berada ditempat yang baru. Yeaay. Nah berhubung lagi di Tenggarong Kota Raja ini, setidaknya ada dua museum yang ingin saya kunjungi. Salah satunya yaitu museum Kayu Tuah Himba Tenggarong.
Museum Kayu ini terletak di belakang Waduk Panji Sukarame, Tenggarong. Areanya tidak begitu luas, jika dari luar seperti rumah adat minimalis berukuran 20 x 20. Memasuki area museum ini terdapat area parkir yang lumayan luas, dan disambut dengan pedagang-pedagang yang menjajakan makan dan minuman ringan. Memasuki pagar terdapat taman kecil di bagian kiri, dan sebuah bangunan kecil (seperti gudang penyimpanan) di sebelah kanan, lurus di depan adalah bangunan utama museum. Dan terdapat loket penjualan tiket disebelah kiri dekat beranda museum, harga tiket dibandrol 3000 /orang.
Ruangan Hasil Olahan Dari Kayu |
Bangunan museum ini berbentuk kontak dengan 4 bilik dan satu ruangan tengah yang besar. Saya memasuki museum dengan disambut oleh patung campuran beberapa binatang yang jadi satu, sama seperti yang kemarin saya lihat di Pulau Kumala saat lewati jembatan diruang utama. Kemudian saya memasuki ruang pojok kiri belakang dimana terdapat berbagai olahan dari kayu. Terdapat baju adat, dan alat keperluan sehari-hari bagi suku dayak. Disini juga terdapat miniatur rumah adat beberapa suku dayak yang ada di Kalimantan.
Ruangan Olahan Dari Rotan |
Dari ruangan itu, saya berpindah ke ruangan sebelahnya, kalau dari pintu masuk utama letaknya tepat disebelah kiri, pojok kiri depan tepatnya. Ini merupakan ruangan hasil olahan dari rotan. Ruangan ini menampilkan berbagai bentuk kerajinan yang terbuat dari rotan, diantaranya kursi, meja dan beberrapa furniture rumah tangga.
Ruang Herbarium |
Lanjut ke ruangan pojok kanan belakang yang merupakan ruangan herbarium. Di ruangan ini ditampilkan berbagai jenis daun dari berbagai pohon yang diawetkan (seperti praktek pelajaran biologi saat SMA dulu). Kemudian berbagai macam tanaman / daun yang bisa dijadikan obat-obat herba, untuk makanan binatang sampai tanaman hias. Serta gambar dan foto berbagai macam pepohonan.
Ruang Jenis Kayu-kayu |
Ruangan berikutnya adalah ruangan jenis kayu kayu. Di ruangan ini ditampilkan berbagai macam potongan-potongan batang kayu, serta biji-bijian dari pepohonan itu sendiri. Di sini juga terdapat perta penyebaran kayu-kayu di Kalimantan.
Setelah semua ruangan saya masuki, yang terakhir adalah ruangan utama, selain patung "campuran binatang" tadi tadi, juga terdapat beberapa hal yang dipamerkan di ruangan ini, baju adat, potongan melintang Kayu Kapur yang berdiamter 1,5 meter. Kayu ini bisa tumbuh pada ketinggian 60 meter, dan bisa mencapai umur 350 tahun lebih, penggunaan kayu kapur ini adalah sebagai bahan bangunan sampai pembuatan kapal.
Irisan Kayu Kapur Dengan Diameter 1,5 meter. |
Yang paling menarik perhatian saya adalah dua ekor buaya (sepasang) yang sudah diawetkan. Konon buaya ini ditangkap karena sudah memakan manusia. Seekor Buaya Muara Badak betina ditangkap pada tahun April 1996 setelah memangsa seorang lelaki. Seekor laki adalah buaya Sangatta jantan yang ditangkap pada maret 1996 setelah memangsa seorang wanita. Menurut dokumentasi, saat dibedah perutnya masih terdapat anggota tubuh para korban. Usia buaya-buaya ini adalah 60 dan 70 tahun saat ditangkap, dan memiliki panjang sekitar 5 sampai 6 meter dengan berat 450 - 850 kg. Dan kemudian baru diawetkan dan dipamerkan di museum Kayu.
Buaya-Buaya Pemangsa yang Diawetkan |
Ada artikel unik yang saya baca yang ditempelkan di dinding samping buaya yang diawetkan ini. Artikel tersebut menunjukkan gambar sepasang manusia berpakaian layaknya seorang raja dan ratu. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa sepasang buaya yang ditangkap dan diawetkan di museum ini merupakan jelmaan dari sepasang manusia yang mempelajari ilmu kedigjayaan yang sudah mencapai sempurna sehingga mereka mampu merubah wujud mereka menjadi buaya. Mereka sangat disegani dan bahkan menjadi raja di wilayah tempat tinggal mereka. Untuk menambah kesaktian, mereka harus mencari korban yang harus mereka bunuh dan makan. Begitulah, mau percaya atau tidak, kembali pada diri kita masing-masing ya. Ini juga ditayangkan di acara Mr. Tukul Jalan Jalan yang ditayangkan pada tanggal 24 Februari 2013.
Artikel "Mistis" Mengenai Buaya-Buaya Tersebut |
Pameran ternyata tak hanya di dalam museum, saat saya keluar ingin pulang ada beberapa kayu lagi yang dipamerkan diluar dekat taman kecil museum, yakni berbagai bentuk kayu yang terkena penyakit, dan juga kayu yang digunakan untuk sesaji. Museum ini selain dilengkapi dengan taman kecil untuk bersantai juga terdapat toilet di sebelah kanan museum, juga terdapat jembatan penyebrangan kecil yang menghubungkan museum dan jalan raya, bentuknya yang unik kerap dijadikan ajang cekrek-cekrek bagi anak-anak gaul yang kekinian.
Jenis Penyakit Kayu |
Yap, perjalanan saya selesai disini. bhaay.
No comments:
Post a Comment