Pulau Maguk merupakan satu dari sekian banyak pulau yang berada di wilayah administrasi kecamatan Bunguran Utara. Kecamatan yang terletak di sisi barat Pulau Bunguran ini memiliki view alam yang luar biasa. Banyak tempat-tempat indah yang tersebar di wilayah kecamatan ini. Pantai-pantai berpasir putih, laut yang jernih, hingga pulau-pulau kecil nan eksostis.
Kemarin, tepatnya tanggal 13 - 14 Maret 2021, kami mendapat undangan untuk mengikuti fun camping dari rekan-rekan komunitas di sana. Mbecite kelarik namanya. Sebuah komunitas baru yang memberi warna berbeda dalam dinamika kehidupan muda-mudi di Kelarik.
Perjalanan kami dari Ranai dimulai agak pagi menjelang siang. Memakan waktu 1,5 jam dengan kecepatan rata-rata, melewati kecamatan Bunguran Tengah dan kecamatan Bunguran Batubi kecamatan, serta beragam bentuk jalan (yang berlubang) membuat isi perut meronta minta jatahnya. Akhirnya, setelah tiba dan sambil menunggu rekan-rekan lain, kami mengisi kekosongan perut yang terguncang-guncang selama perjalanan tadi.
Cerita Pertama, Menunggu
Siang hari, setelah perut dan tenaga kembali terisi, kami menuju titik kumpul di Pelabuhan Tanjung Bakdai, salah satu pintu masuk wilayah Kelarik lewat jalur laut. Di sana sudah menunggu Kapal Motor Nelayan Mina Maritim yang akan mengantar kami menuju Pulau Maguk.
Pelabuhan Tanjung Bakdai |
Satu persatu para peserta mulai datang menuju kapal membawa bekal dan perlengkapan masing-masing. Panitia juga menyiapkan air bersih yang diisi dalam jerigen-jerigen dan galon-galon, kayu bakar, serta peralatan kemah yang lain. Segala peralatan dibawa dari Kelarik mengingat di Pulau Maguk belum terdapat fasilitas yang memadai.
Sudah jam 1 siang, belum ada tampak akan jalan, sementara peralatan di kapal sudah penuh dan peserta pun sudah ramai dan siap agaknya. Ada beberapa yang lalu lalang menjemput sebagian rekan lain dan mengantarkan peralatan yang ketinggalan. Saya dan teman-teman memilih untuk duduk di atas "atap" kapal, menjadi turis dadakan terkena sengatan matahari yang menyapa dengan manjanya. Jam 2 siang, jam 3 sore, kapal Mina Maritim ini masih diam saja. Masih belum ada tanda-tanda akan menarik sauh. Peserta sudah terlihat gelisah, ada yang lalu lalang, sampai ada yang menggerutu sendiri.
Cekrek dulu |
Barulah jam 4 sore perjalanan dimulai. Mesin kapal dihidupkan, sauh ditarik, tambatan tali dilepas. Perjalanan dari pelabuhan Tanjung Bakdai menuju Pulau Maguk memakan waktu hampir 1 jam. Lama perjalanan tak begitu terasa, karena ditemani oleh pemandangan indah pulau-pulau kecil yang terserak di dekat wilayah Bunguran Utara ini. Tanjung Payung, Pulau Nanggal, Pulau Seluan dan Pulau Selaut adalah sedikit dari sekian banyak panorama alam yang kami nikmati selama perjalanan.
Kapal Mina Maritim berlayar pelan tapi pasti, mengangkut sekitar 40 orang penumpang yang akan mengikuti "kemah suke suke" yang jadi tema acara kali ini. Nama kemah suke suke diambil dari terjemahan fun camping, acara ini ditaja oleh Komunitas Mbecite Kelarik yang didukung oleh komunitas kami, Kompasbenua. Selain itu, turut juga komunitas Natunasastra, Lensa Natuna dan perkumpulan pemuda Kelarik yang menamakan diri Tesalah Gaya.
Cerita Kedua : Kandas, "Menabrak" Pulau
Setelah hampir satu jam perjalanan, gundukan pasir putih terlihat timbul-tenggelam di laut. Semakin lama semakin jelas. Pulau Maguk, pulau kecil nan mungil itu berada di tengah-tengah laut di barat Bunguran. Ia dikelilingi oleh karang, ada yang sudah mati, namun tak sedikit pula yang masih bertahan hidup dengan indahnya. Kapten kapal mina maritim melambatkan laju kapal, mengambil jalan yang tepat untuk mengantarkan kami dengan aman dan nyaman ke pulau, mengingat belum ada fasilitas pelabuhan di pulau tersebut. Akhirnya, opsi "menabrak" pulau pun dipilih, setelah dengan hati-hati melewati karang-karang yang memagari pulau Maguk.
Proses penurunan barang dan penumpang |
Haluan kapal Mina Maritim menabrak pantai di sisi selatan pulau. Peserta turun satu persatu, membawa perbekalan dengan cara estafet. Peserta yang sudah di pulau mulai berbagi tugas, ada yang mendirikan tenda, menyiapkan api unggun, hingga persiapan untuk makan malam. Sebagian yang lain membantu mendorong kapal yang sempat kandas setelah "menabrak" pantai Maguk tadi. Menjelang magrib, semua sudah terkendali, kapal sudah kembali ke laut dan yang lain kembali dalam kerjanya masing-masing.
Evakuasi kapal |
Pulau Maguk merupakan pulau kecil. Pulau berbentuk lonjong ini bisa dikelilingi dengan hanya berjalan kaki. Ada beberapa pohon kelapa yang tumbuh di pulau ini, disamping tanaman-tanaman lain yang membuat pulau ini tampak hijau. Selain keindahan lautnya, pasir pantainya yang putih juga menambah pesona Maguk. Pulau ini juga "dipilih" oleh penyu untuk bertelur, sehingga pada musim-musim tertentu pulau ini ramai oleh para pencari telur penyu. Sebuah paduan yang menjadikan Pulau Maguk sebagai potensi wisata baru di Bunguran Utara.
Cerita Ketiga : Acara Inti
Saat malam menjelang, beberapa masih sibuk dengan persiapan makan malam, ada yang sibuk menghias tenda, dan menyiapkan api unggun. Kemudian, masuk ke acara utama, yaitu makan malam bersama. Lalu dilanjutkan dengan sharing dan perkenalan komunitas-komunitas yang ikut berpartisipasi.
Komunitas Mbecite Kelarik memperkenalkan anggota-anggota baru generasi kedua yang baru saja mereka rekrut beberapa waktu lalu. Memang, tujuan dari Kemah Suke Suke ini selain dari pada mempromosikan indahnya Pulau Maguk, juga untuk memberikan pandangan dan pengalaman baru pada anggota baru Mbecite Kelarik untuk memanfaatkan potensi diri yang ada.
Makaaaaaaaaan |
Acara sharing berlangsung hangat dan santai ditemani api unggun yang sebentar lagi akan padam. Kemudian, acara juga diselingi dengan penampilan seni dari perwakilan komunitas yang ada. Pembacaan puisi, syair, hingga tarian kreasi memeriahkan acara malam ini.
Acara malam |
Pagi hari, disaat sebagian masih terlelap dalam tidur, sebagian lagi memburu sunrise, dan sudah ada yang menceburkan diri ke laut, ada juga yang sudah memasak untuk sarapan. Beberapa yang lain mengambil gambar dari beberapa sudut untuk bahan promosi.
Cerita Keempat : Pulang
Hari menjelang siang, matahari semakin menyengat kulit. Cuaca cerah sekali hari ini. Beberapa peserta masih terlihat santai di hammocknya, letih setelah senam dan ber"tiktok" ria. Sebagian yang lain masih asyik menikmati laut dan karang. Ada juga yang mulai berkemas untuk pulang. Kapal mina maritim yang sejak kemarin hanya melabuhkan jangkar tak jauh dari pulau Maguk bersiap untuk menjemput kami.
Cekreeeeek, via @hermandhes |
Saat akan pulang, ada hal menarik yang nanti akan jadi cerita dan dikenang. Pasang air laut siang ini tak cukup dalam untuk mengantarkan mina maritim kembali "menabrak" pulau seperti kemarin. Berulang kali mencari jalan, namun gagal. Alhasil kapal hanya berhenti di kejauhan. Jadi kami harus menuju kapal dengan bantuan perahu nelayan kecil yang kebetulan lewat. Ada empat "trip" perahu tesebut bolak-balik mengantarkan kami dari Maguk ke kapal mina maritim. Sebagian ada yang naik pompong, namun sebagian lagi memilih berenang dari pulau menuju kapal. Jarak antara pulau dan kapal memang tidak terlalu jauh. Lautnya jernih dan tenang dengan kedalaman laut berkisar 5-7 meter. Namun bagi penderita thalassophobia akan berdegup kencang juga jantungnya.
No comments:
Post a Comment